Naungan - Usaha & Produk

Daftar Halaman

  • Beranda
  • Motivaqolbi
  • Titian Hikmah
  • StoriesofHikmah
  • Banyak Cinta
  • Kehebatan Doa
  • Kehebatan Ayat
  • Kajian Ghaib
  • Tasawwuf
  • Anda Perlu Tahu
  • Catatan
  • Tips Kesehatan
  • eBook
  • Software
  • Kitab-Kitab
  • Photo Ulama'
  • Photo Acara
  • Sesungguhnya LIDAH ORANG BIJAK itu ada dibalik hatinya. Apabila dia ingin berkata maka dia kembali kepada hatinya. Jika itu bermanfa'at baginya maka dia berkata. Namun jika itu berdampak buruk baginya maka diapun menahan mulutnya (sama dengan tulisan). Sedangkan ORANG BODOH, hatinya berada diujung lidahnya. Dia tidak kembali kepada hatinya. Apa saja yang ada dimulutnya maka dia ucapkan (sama dengan tulisan). --- Siapapun bisa menjadi ORANG BIJAK selama dia bisa menjaga perasaan/ emosionalnya & LISANNYA (tulisannya). Perasaan tidak cocok, tidak sepaham & tidak senang tidak perlu kita tampakkan jika anda ingin jadi ORANG BIJAK. --- Menjadi Orang bodoh sangat lebih mudah, biar bertitel SARJANA ataupun berilmu tapi tidak bisa mengendalikan perasaannya. lihatlah Lisan & Tangannya akan menampakkannya. Siapa dirinya sebenarnya.
Petunjuk Mudah...... !
Klik BERANDA (pada Daftar Halaman).
Anda akan masuk ke Daftar Isi semua posting Blog.
Selamat menikmati.
--------------------------------------------------------------

Q-Power (Miracle Heart Energy)

Q-Power (Miracle Heart Energy)
klik gambar untuk melihat website energi q

Prolog

------------------------------

Bismillahirrahmanirrahiim

Selamat Datang di Blog Kami, semoga Informasi yang anda cari tersedia dan silahkan dibaca, dicopy atau dibagi kepada siapapun yang membutuhkan.

Etika berkunjung, silahkan anda tinggalkan NAMA atau EMAIL sebagai niat baik & ijin.

insya Allah, ILMU yang ada disini akan membawa berkah & manfaat untuk kita semua. Amin.

Bagi yang berkenan silahkan kasih komentar dengan Sopan & Santun sebagai perwujudan ukhuwah islamiyah.

Bagi yang yang tidak berkenan, kami mohon maaf.

( Harap cantumkan nama Gus Is - 1hati17an.blogspot.com )

-----------------------------

Rabu, 10 Juli 2013

35. Adam tidak tinggal di Syurga!

(Pengupasan ilmiah tentang Jannah dan penerbangan antar planet)

Oleh: Armansyah
AlQur'an banyak sekali bercerita masalah penciptaan manusia yang pertama oleh Allah Swt, yaitu Adam hingga kronologi turunnya Adam bersama sang istri, Siti Hawa, untuk menjadi khalifah dibumi. Dalam banyak ayat, AlQur'an mengatakan bahwa tempat mula-mula Adam dan Hawa adalah disuatu tempat bernama "Jannah", yang oleh kebanyakan ahli tafsir diterjemahkan sebagai "surga", sebagaimana surga yang dijanjikan untuk orang-orang yang beriman pada hari kemudian.

Tetapi ... benarkah demikian adanya? Tidakkah akan dijumpai beberapa kejanggalan dan menimbulkan masalah yang irrasional dan bertentangan dengan akal pikiran manusia, begitu memasuki pemahaman AlQur'an lebih jauh lagi?
Bukankah Allah sendiri mengatakan bahwa AlQur'an itu adalah kitab petunjuk bagi orang yang bertakwa dan suatu kitab yang isinya mudah dipahami?
"Kitab ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa." (QS. 2:2)
"Sesungguhnya Kami menjadikan AlQur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya)." (QS. 43:3)

Dan memang, pilihan Allah terhadap bahasa Arab sebagai bahasa Qur'an agar mudah dipahami rasanya sangat tepat sekali, karena bahasa Arab adalah bahasa yang kaya akan makna dan gaya bahasa serta memiliki seni keindahan tersendiri, baik dari tata bahasanya, cara pelafazannya dan lain sebagainya. Apalagi memang Rasul Muhammad Saw sendiri diutus dari kalangan bangsa Arab, yang secara otomatis bahasa Arab menjadi bahasa ibunya.

"Dan jika Kami jadikan dia /sebagai/ bacaan asing tentulah mereka bertanya: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah/patut bahasanya/ asing dan /Rasul adalah orang/ Arab?" (QS. 41:44)
Kembali kita pada permasalahan semula, yaitu mengenai kata-kata Jannah yang disebut didalam AlQur'an sebagai tempat tinggal Adam dan istrinya sebelum diturunkan kebumi, tidaklah tepat kita artikan sebagai surga. Ada pengertian lain yang lebih tepat untuk penafsiran kata Jannah ketimbang dari penafsiran surga, yaitu Kebun yang subur! Dan memang Jannah dalam bahasa Arab dapat berarti kebun dan dapat juga diartikan sebagai surga.

Dalam hal ini, A. Hassan untuk tafsir Al-Furqan-nya tetap memakai istilah Jannah untuk tempat tinggal Adam yang pertama kali, dengan menggunakan catatan kaki pada hal. 10 … "tinggallah di Jannah (kebun atau surga) ini …" Sementara banyak pula tafsiran lain, termasuk versi Depag RI yang menggunakan pengertian surga untuk tafsiran kata Jannah
Untuk itu, mari kita bahas lebih jauh lagi dengan berdasarkan dalil-dalil Qur'an, logika dan Science modern. Adam diciptakan oleh Allah untuk menjadi khalifah dibumi Dan sementara itu Adam tinggal di jannah yang terletak di suatu tempat lalu Adam dan Hawa melanggar atas skenario yang sudah ditentukan Tuhan selanjutnya Adam dan Hawa dipindahkan atau diturunkan dari Jannah itu menuju ke dunia sebagaimana yang sudah dikehendaki oleh Allah semula.

"Ketika Tuhan-mu berkata kepada Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak jadikan seorang khalifah di bumi!" Mereka bertanya: "Apakah Engkau mau menjadikan padanya makhluk yang akan membuat bencana padanya dan akan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau?" Dia menjawab: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui!" (QS. 2:30)
"Hai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di Jannah serta makanlah oleh kamu berdua apa-apa yang disukai, tetapi janganlah kamu mendekati Syajaratu, karena kamu akan termasuk golongan mereka yang zhalim". (QS. 7:19)

Mungkinkah Adam saat itu tinggal disurga bersama dengan Jin dan malaikat? Ingat, Iblis adalah golongan dari Jin. Hanya saja saat itu mereka belum ingkar, sampai pada saat perintah sujud kepada Adam Setan dan Iblis itu adalah dua nama untuk satu mahkluk jahat. Dan Makhluk jahat ini kita klasifikasikan atas 2:
 1 Golongan Jin
 2 Golongan manusia
"Dan ingatlah, ketika Kami memerintah kepada malaikat: "Sujudlah kepada Adam!", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia durhaka kepada perintah Tuhannya!" (QS. 18:50)

"Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap Nabi itu musuh, syaitan-syaitan /dari/ manusia dan jin, sebahagian mereka membisikkan kebohongan kepada sebahagian yang lain sebagai tipu daya." (QS. 6:112)
Sekarang jika kita memahami pengertian Jannah sebagai surga yang akan kita tempati pula pada hari akhir nanti: Apakah Adam tinggal disurga bersama jasad kasarnya? Apakah dia juga bisa melihat Tuhan? Melihat malaikat? melihat Jin? Bukankah Tuhan berfirman ataupun berkata-kata kepada Adam? hal ini mengingat dalam Qur'an tidak ada disebutkan bahwa Tuhan mewahyukan kepada Adam selama dia masih didalam Jannah melalui perantara Jibril. Bukankah juga Adam melihat akan sujudnya para malaikat kepada dirinya? Atau tidak?

Iblis jelas sudah ingkar, tapi kenapa masih ada dalam surga yang suci? Buktinya dia masih bisa merayu Adam dan istrinya untuk mendekati Syajarah dalam terjemahan Indonesia, biasanya ditafsirkan sebagai "pohon terlarang dalam surga"
Adakah hubungan antara Jannah tempat tinggal Adam pada mulanya itu dengan Jannah yang dikatakan terletak didekat Sidratul Muntaha, dimana Rasulullah Muhammad Saw melakukan perjalanan Mi'rajnya[2]
seperti pada surah 53:15?
Dalam hal ini saya akan mencoba mengupas semua pertanyaan ini dengan gamblang dan logis, berdasarkan hal-hal yang dapat diterima oleh akal dan pikiran manusia wajar dan dapat pula dianalisis dengan ilmu pengetahuan, baik sekarang apalagi dimasa yang akan datang, InsyaAllah.

Pemahaman & Pendapat Saya

Adam pada mulanya tinggal disebuah kebun yang sangat subur yang terletak disuatu tempat yang tinggi, Adam memang bisa melihat malaikat dan Jin namun Adam tidak bisa melihat Tuhan karena halusnya zat dari Tuhan itu sendiri dan bersesuaian dengan ayat 6:103
"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu karena Dia amat Halus lagi Mengetahui." (QS. 6:103)

Percakapan yang terjadi antara Tuhan dengan Adam as dibatasi oleh penghalang yang dalam AlQur'an disebut dengan tabir/hijab sebagaimana pada ayat 42:51
"Dan tidak bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata kepadanya melainkan dengan ilham atau dari belakang tabir (hijab) atau Dia mengirim utusan/malaikat lalu dia mewahyukan dengan seizin-Nya apa-apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” (QS. 42:51)
Dialog dan sujudnya para malaikat dan Jin terhadap Adam terjadi secara real, juga terhadap ingkarnya Iblis terjadi secara nyata dihadapan Adam as dengan kata lain disaksikan oleh Adam as. Hal ini dapat kita terima secara logis, Dalam ilmu agama, batin atau tenaga dalam, ada yang disebut dengan kasyaf atau tembus pandang dimana seseorang dapat melihat tembus hal-hal ghaib yang orang lain tidak mampu melihatnya hal ini seringkali kita temukan dalam dunia sehari-hari
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa itu benar. Dan tidakkah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menyaksikan segala sesuatu?" (QS. 41:53)


Ayat diatas dapat dipergunakan secara umum, karena memang amat sangat banyak tanda-tanda kekuasaan dan ilmu Tuhan itu didalam diri kita selaku manusia ini, baik itu dimulai dari bentuk jasmani/fisik sampai pada anatomi tubuh bagian dalam, yang melingkupi sel-sel, tulang, darah dan sebagainya.

Mari kita baca ayat berikut ini:
"Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari Jannah itu – DAN DIKELUARKAN DARI KEADAAN SEMULA – dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kelengkapan hidup sampai waktu yang ditentukan". (QS. 2:36)

Keadaan semula ini bisa juga diterjemahkan dengan terkeluar dari keadaan yang mereka sudah ada padanya. Sekarang yang menjadi pertanyaan, keluar dari keadaan semula atau keadaan yang sudah ada pada mereka yang bagaimanakah maksudnya? Apakah ini bisa diartikan bahwa Adam dan Hawa dikeluarkan dari kesucian mereka, bukankah mereka sebelumnya makhluk yang suci sebelum akhirnya melanggar? Ataukah merupakan keluarnya mereka dari keadaan kasyaf mereka mula-mula yang dapat melihat segala sesuatu selain zat Allah yang Maha Halus.

Namun, jika kita mengatakan bahwa maksud dari dikeluarkan dari keadaan semula adalah dikeluarkannya Adam dan istrinya dari Jannah, maka hal itu kurang tepat, sebab pernyataan yang demikian, yaitu masalah pengeluaran Adam ini disebutkan pada kalimat berikutnya, pada saat Allah berfirman menyuruh mereka pergi (setelah kesalahannya diampuni oleh Allah.)
Silahkan melihat kembali ayat 2:36 tersebut dengan lebih teliti dan lihat juga Surah 20:122 dan 123!
"Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari Jannah itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kelengkapan hidup sampai waktu yang ditentukan". (QS. 2:36)

"Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. Allah berfirman: Turunlah kamu berdua dari Jannah bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh sebahagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka." (QS. 20:122-123)
Pada surah 20:122 dikatakan bahwa Tuhan memilihnya (Adam), ini bisa kita tafsirkan bahwa Allah memilih Adam atau dalam hal ini berperan sebagai makhluk manusia yang dekat denganNya dan merupakan makhluk yang paling mulia dari semua makhluk Allah yang ada yang sudah diciptakan oleh Allah. Namun kata Tuhan memilihnya ini juga bisa kita tafsirkan dengan terpilihnya Adam dari makhluk-makhluk Allah yang telah lebih dulu ada dan tercipta untuk mendiami planet bumi.
Dan memang benar tidak dijelaskan secara nyata bahwa Allah akan menunjuk manusia sebagai penghuni bumi, tetapi pendapat yang demikian kiranya bisa dibantah oleh surah 2:30-34 yang jelas menunjukkan bahwa Allah telah menjadikan Adam sebagai makhluk yang akan memegang tampuk kekhalifahan Tuhan dibumi.

"Ketika Tuhan-mu berkata kepada Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak jadikan seorang khalifah di bumi!" Mereka bertanya: "Apakah Engkau mau menjadikan padanya makhluk yang akan membuat bencana padanya dan akan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau?" Dia menjawab: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui!" (QS. 2:30)
"Lalu Dia mengajarkan kepada Adam keterangan-keterangan itu semuanya, kemudian Dia menunjukkan benda-benda itu kepada para Malaikat seraya berkata:

"Sebutkanlah kepada-Ku keterangan-keterangan ini jika memang kamu makhluk yang benar!" Mereka menjawab:"Maha Suci Engkau! tiada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Mengetahui, Bijaksana." (QS. 2:31-32)

Catatan:
Sebenarnya terjemahan "Hakim" dengan "Maha bijaksana" pada ayat terakhir 32 (Innaka Antal 'alimul Hakim) kuranglah tepat, karena arti Hakim ialah Yang mempunyai Hikmah. Hikmah adalah penciptaan dan penggunaan sesuatu yang sesuai dengan sifat, guna dan faedahnya. Tetapi disini diartikan dengan "Maha Bijaksana" karena dianggap arti tersebut hampir mendekati pengertian "Hakim".
Sekarang jika benar bahwa Adam dapat melihat Iblis, kenapa Adam dapat terpedaya oleh Iblis? Bukankah Adam dapat melihat Iblis? Benar Adam dapat melihat Iblis pada waktu itu, tapi Iblis sendiri sejak dia menolak untuk hormat kepada Adam, sudah bersumpah kepada Tuhan untuk menyesatkan mereka dan keturunannya kelak dikemudian hari. Iblis sendiri dan juga Adam, tidak mengetahui bahwa semuanya itu sudah diatur oleh Allah.
Allah menyatakan bahwa Dia akan menjadikan Adam khalifah dibumi hanya kepada malaikat, bukan kepada Adam dan bukan juga kepada Jin/Iblis! Selanjutnya, Allah menciptakan Adam dan disuruhlah malaikat dan Jin untuk bersujud, hormat kepadanya. Salah satu golongan dari Jin, yaitu Iblis, menolak perintah Allah tersebut dengan bersombong diri bahwa dia lebih mulia ketimbang Adam dalam hal kejadiannya.

Allah menegur Iblis dan Iblis memintakan penangguhan dirinya hingga hari kiamat kelak. Permintaan Iblis dikabulkan oleh Allah dan jadilah Adam diberikan ujian terhadap Iblis, sedang Iblis sendiri tidak sadar bahwa dengan godaannya itulah justru kehendak Allah akan tercapai, yaitu menjadikan Adam dan keturunannya khalifah dibumi, bukan di Jannah tersebut.
Inilah sedikit bukti bahwa Adam dapat melihat para Malaikat, Jin dan Iblis:
Dan dia bersumpah kepada keduanya: "Sesungguhnya aku ini bagi kamu, termasuk dari mereka yang memberi nasehat." (QS. 7:21)

Bagaimanakah Iblis dapat mengucapkan sumpah pada keduanya jika dia tidak dapat dilihat oleh Adam dan istrinya? Belum lagi pada waktu Allah mengingatkan kepada Adam pada waktu Iblis menyatakan keingkarannya terhadap perintah Tuhan agar dia sujud, menghormat kepada Adam as, tentunya Adam menyaksikan peristiwa penolakan Iblis itu dan langsung Allah mewanti-wanti Adam terhadap makhluk itu:
Lalu Kami berkata: "Hai Adam! sesungguhnya ini musuh bagimu dan bagi isterimu, maka janganlah ia mengeluarkan kamu berdua dari Jannah, karena engkau akan menjadi susah." (20:117)

Selanjutnya, akan saya ketengahkan satu Hadits Qudsi yang mendukung pendapat bahwa Adam dapat melihat mereka:
Abdullah bin Muhammad bercerita kepada kami, Abdur Razaq bercerita kepada kami dari Ma'mar dari Hammam dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi Saw bersabda: "Allah menciptakan Adam, tingginya 60 hasta", kemudian Allah berfirman: "Pergilah, berilah salam kepada malaikat itu, dan dengarkan penghormatan mereka kepadamu itulah penghormatanmu dan penghormatan keturunanmu". Adam berkata: "Assalamu'alaikum semoga kesejahteraan tetap atasmu". Mereka menjawab: "Assalamu'alaikum warahmatullah semoga kesejahteraan dan rahmat Allah atasmu". Mereka menambah wa rahmatullah dan rahmat Allah. Setiap manusia yang masuk surga dengan bentuk seperti Adam, penciptaan itu senantiasa berkurang sampai sekarang."

Ditahrijkan oleh Al Bukhari dalam kitab Bad'ul Khalqi, Bab Khalqu Adam jilid IV, hal 131 dan termaktub dalam buku Kelengkapan Hadist-Qudsi terbitan CV. Toha Putra Semarang yang aslinya diterbitkan oleh Lembaga AlQur'an dan AlHadist Majelis Tinggi Urusan Agama Islam Kementrian Waqaf Mesir, Bab 10: Tentang Penciptaan Adam halaman 158 s.d 175.
Dan Adam memang berhasil diperdaya oleh Iblis untuk mendekati pohon terlarang Tapi .... benarkah didalam Jannah atau kebun itu terdapat sebuah pohon yang terlarang untuk dimakan buahnya oleh Adam dan istri?

Mari kita tinjau dulu arti pohon terlarang ini dari ayat aslinya:
Istilah yang dipakai oleh Qur'an untuk menyatakannya adalah dengan Syajaratu atau Syajarah yang selalu ditafsirkan oleh para penafsir Qur'an dengan kata pohon. Padahal tidak demikian adanya.
Istilah Syajaratu memiliki pengertian Pertumbuhan, dan istilah Syajarah berarti Bertumbuh bukan = pohon. Adapun yang berarti pohon ialah Syajaruh, seperti yang tercantum pada ayat 16/68, 27/60, 36/80 dan 55/6.

Istilah Syajarah atau Syajaratu yang juga berarti 'Pertumbuhan' akan kita dapati pada surah 48:18 sbb:
Sesungguhnya Allah telah ridho terhadap orang-orang yang beriman itu ketika mereka berjanji setia kepadamu dibawah 'Pertumbuhan', Dia mengetahui apa yang dihati mereka lalu Dia menurunkan ketentraman atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat." (QS. 48:18)
Pertumbuhan pada terjemahan diatas ini adalah perkembangan iman atau pertumbuhan Islam sewaktu AlQur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Waktu itu Allah memberikan ketenangan dalam hati orang-orang Islam walaupun ketika itu keadaan musuh sangat membahayakan.

Hal semacam ini terjadi sebagaimana juga pada perjanjian Aqabah pertama /Bai'atul Aqabatil Ula/ yang sering disebut juga dengan nama Bai'atun Nisaa' /Perjanjian wanita/ karena dalam ba'iat itu ikut seorang wanita bernama 'Afra binti 'Abid bin Tsa'labah serta Ba'iatul Aqabah ats Tsaaniyah /Perjanjian Aqabah kedua/ yang masing-masing menyatakan kesiapan dan kesanggupan penduduk Yatsrib /Madinah/ untuk setia terhadap Nabi dan membela beliau walaupun umat Islam saat itu masih bisa dihitung dengan jari alias masih dalam tingkat pertumbuhan.

Dan dengan pengertian serta perbedaan kedua arti kata itu, maka sekarang bisa diartikan sebagai dilarangnya Adam oleh Tuhan untuk melakukan persetubuhan/pertumbuhan dengan Hawa didalam Jannah tersebut, meskipun waktu itu Hawa sudah menjadi istri dari Adam.
Pertumbuhan itu adalah kata lain untuk pembuahan yang terjadi akibat hubungan suami istri Karena itulah ayat AlQur'an tidak melarang Adam 'Jangan memakan' atau 'Jangan mengambil buah pohon' tetapi yang dinyatakan kepada Adam adalah 'Jangan mendekati pertumbuhan'.

Ingat, sewaktu pertama diciptakan, Adam telah diberitahukan oleh Allah mengenai hakekat segala sesuatunya.
AlQur'an memang melukiskan kejadian tersebut sedemikian rupanya melalui kalimat-kalimat yang halus dan baik sehingga menjadi sopan dan indah dengan perkataan Syajarah atau Syajaratu yang oleh para penafsir selama ini diartikan dengan pohon.
Mereka dapat dibujuk oleh Iblis agar melakukan persetubuhan tersebut lalu keduanya terjebak dan terbuai akan kenikmatan tersebut sehingga ketika mereka sadar mereka mendapati bahwa tubuh mereka sudah tidak lagi terbungkus dengan pakaian karena pakaian mereka sudah terlempar kesana kemari.

Dan ini bersesuaian dengan ayat 7:22 yang menyatakan bahwa setelah mereka merasakan "buah dari pohon itu" yang bisa diartikan "hasil /buah/ dari perbuatan mereka tersebut", mereka tersentak karena menyadari telah dapat melihat aurat masing-masing.
Dan mereka mulai menutupi aurat mereka dengan daun-daun yang ada dikebun tersebut secara refleks, sebab mereka tidak sempat lagi berpikir kemana pakaian mereka sebelumnya terlempar ... refkesi ini dapat saja terjadi karena begitu sadar mereka telah melanggar ketentuan dari Tuhan, saking paniknya mengambil apa saja untuk menutupi keadaan diri masing-masing, untuk selanjutnya Adam meminta ampun kepada Allah atas pelanggarannya itu.

Perbuatan Adam ini dinilai oleh Tuhan sebagai orang yang tidak memiliki kemauan yang kuat untuk memenuhi perintah Allah sebagaimana ayat 20:115, meskipun memang semuanya itu adalah kehendak dari Allah agar Adam turun kebumi dan menjadi khalifah disana.
Apa yang dilakukan oleh Adam dan istrinya itu, bukan suatu dosa sehingga semua manusia harus mewarisi dosa turunan mereka itu, Allah memang sebaik-baiknya perencana, jauh sebelum penciptaan Adam, Allah sudah berfirman akan menjadikannya sebagai khalifah dibumi, bukan di Jannah, dan Iblis tidak tahu itu sehingga dia menganggap bahwa dengan turunnya Adam kebumi, Adam akan dibenci oleh Tuhan dan akan berdosa seumur hidupnya serta akan diwarisi pula oleh keturunannya.

Sama sekali TIDAK! Allah sudah mengampuni perbuatan Adam dan istrinya itu. Adapun turunnya Adam kebumi adalah atas kehendak dan rencana Allah sendiri, bukan rencana Iblis!
Makanya hawa nafsu adalah salah satu dari sekian banyak hal yang amat berbahaya bagi manusia, dari peradaban dulu hingga jaman kita sekarang ini dan telah pula diingatkan oleh Rasulullah Muhammad Saw kepada umatnya sewaktu pulang dari peperangan Badar serta banyaknya ayat AlQur'an yang mengingatkan manusia perihal pengendalian hawa nafsu ini.

Dan ini menjadi semacam peringatan keras sekaligus pelajaran berharga bagi kita sebagai anak cucu Adam, bahwa betapa sukarnya untuk mengendalikan hawa nafsu, terutama kepada perempuan alias nafsu syahwat.
Selanjutnya Adam bersama istrinya itu diberi amanat oleh Allah agar turun kebumi Itu membuktikan bahwa saat itu mereka tidak berada di Bumi!
Coba perhatikan ulang surah 2:36
 "Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari Jannah itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman:"Turunlah!" (QS: 2:36)

"Turunlah" itu adalah kalimah perintah, dan dalam bahasa Qur'annya adalah "ih bithu", dan arti sebenarnya adalah: "Turun dari tempat yang tinggi.", seperti dari gunung, dan juga dipakai dengan arti "Pindah dari satu tempat kesatu tempat lain." Hal ini sama dengan yang dikatakan oleh Qur'an pada turunnya Nabi Nuh dari kapal kedaratan, jatuhnya batu dari tempat tinggi dan lain sebagainya.
Sebagian dari ulama juga berpendapat bahwa mengenai turunnya Adam ini bukan dari suatu tempat tinggi, katakanlah suatu planet yang ada diluar bumi ini, tetapi turun derajat dari yang tinggi kepada yang rendah didasarkan atas keadaan Adam yang telah berdosa. Sebenarnya pendapat demikian telah ditentang oleh Qur'an dalam surah 17:70 yang menyatakan bahwa Adam dan keturunannya tetap dipandang sebagai makhluk ciptaan Allah yang mulia, begitupun oleh surah 20:122 yang menjelaskan bahwa Allah telah memilihnya dan juga memberikan ampunan dan petunjuk.

 Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami beri mereka kendaraan di darat dan di laut, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS. 17:70)
Kita melihat bahwa AlQur'an disini juga tidak menjelaskan secara jelas, dimana Adam dan istrinya itu turun dan bertempat tinggal setelah diperintah oleh Allah keluar dari Jannah tersebut. Sehingga tetap akan selalu ada kemungkinan bahwa sebelum Adam berdiam di planet bumi kita ini, Adam dan istrinya telah terlebih dahulu turun dan mendiami bumi-bumi lainnya disemesta alam ini dan berketurunan disana, yang mana keturunan dari mereka ini akan menjadi Adam-adam pertama ditempat-tempat tersebut untuk selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan mereka keplanet bumi ini sebagai bumi terakhir yang belum mereka kunjungi, dan merupakan tempat mereka tinggal selama-lamanya, hingga wafatnya.

AlQur'an sendiri menyatakan bahwa ada banyak sekali terdapat bumi-bumi lainnya diluar planet bumi yang kita diami ini:
Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (QS. 65:12)
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Padahal bumi-bumi itu semuanya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dalam kekuasaanNya. Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (QS. 39:67) Kedua ayat yang kita muatkan diatas menunjukkan dengan pernyataan Allah bahwa bumi ini digandakan, sedangkan istilah "Ardhu" yang tercantum pada ayat 39:67 adalah Isim jamak atau noun plural yang dibuktikan dengan istilah "Jamii'aa" yang berarti semuanya.!

Adapun angka 7 [3] yang dipakai didalam AlQur'an sebanyak 24 kali adalah untuk maksud yang bermacam-macam. Angka 7 ini sendiri dalam kaidah bahasa Arab dapat diartikan untuk menerangkan jumlah "Banyak" atau Tidak terhitung.
Hal ini sama halnya dengan orang-orang Yunani dan orang-orang Romawi yang menyatakan bahwa angka 7 mempunyai arti "Banyak" dalam makna jumlah yang tidak ditentukan. Dalam Qur'an angka 7 dipakai 7 kali untuk memberikan bilangan kepada langit (Sama'), angka 7 dipakai satu kali untuk menunjukkan adanya 7 jalan diatas manusia.

Jadi cukup logis jika kita TIDAK menganggap bahwa Jannah itu sebagai surga yang dijanjikan kepada kita kelak, sebab jika tidak demikian, akan muncul beragam pertanyaan yang tidak terpecahkan.
Adapun beberapa pertanyaan tersebut adalah:
1 Mungkinkah Adam dan Hawa tinggal disurga bersama Iblis penggoda dengan jasad kasar?
2 Lalu dimana surga tersebut? Abstrakkah? Konkretkah?
3 Apakah didunia ini? sehingga begitu disuruh turun kedunia mereka seolah hanya tinggal menjejakkan kaki melangkah seolah Doraemon yang memiliki pintu ajaibnya?

4 Lalu bila syurga itu abstrak, bagaimana bisa Adam dan Hawa tinggal dalam suatu lingkungan abstrak sementara mereka sendiri terdiri dari materi atau benda yang berwujud?
5 Lalu bagaimana Iblis bisa keluar dari surga pada saat Adam diusir?
6 Jika Iblis memang sudah diusir dari surga oleh Allah sewaktu pertama kali ia ingkar atas perintah Allah bagaimana tahu-tahu Iblis bisa menggoda Adam dan Hawa yang masih disurga?
7 Sedemikian tipisnyakah shelter dari surga itu sehingga bisa ditembus oleh Iblis?

8 Apakah mereka juga makan dan minum dengan benda abstrak? 9 Apakah pakaian mereka juga abstrak? termasuk daun-daun Jannah yang untuk menutupi tubuh kasar mereka? 10 Apakah benda-benda yang dikenal oleh Adam yang diajarkan oleh Allah 2:31 adalah abstrak?
Sementara surga itu sendiri sebagaimana yang disyaratkan oleh Qur'an sebagai suatu tempat yang kekal, dimana tidak satupun dari makhluk yang bisa keluar dari dalamnya dan tidak akan ada larangan apa-apa disana karena statusnya adalah sebagai tempat yang suci dan tempat kebebasan.

"Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga, mereka kekal di dalamnya." (QS. 2:82)
Lainnya lagi, Adam sudah diajarkan oleh Allah perihal nama-nama benda yang ada pada Jannah tersebut dan itu adalah konkret sebagaimana pula dengan diri dan keberadaan Adam, Hawa dan lingkungannya adalah nyata
Lalu ketika mereka ada dibumi, toh Adam dan istrinya terbukti tidak terlalu kaget dengan lingkungan barunya sebab dia sudah mengenal lingkungan itu karena memang lingkungan bumi tidak berbeda jauh dengan Jannah tempatnya tinggal pertama kali.

Masalah udara contoh lainnya ... jelas bahwa udara ditempat Adam tinggal dulu adalah sama dengan udara dibumi ini sebagai zat pernafasannya, begitupula keadaan tanah tempat mereka berpijak.
Mengenai keadaan Jannah ini, mari kita lihat petunjuk Allah dalam AlQur'an:
"Maka Kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (Iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari Jannah, yang menyebabkan kamu menjadi aniaya. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak akan ditimpa kepanasan". (QS. 20:117-119)

Apakah dalam surga ada matahari sehingga Adam dapat merasa panas?
Jelasnya bahwa Jannah itu terletak disuatu tempat diluar planet bumi dan tempat dimana orang tidak akan pernah merasa lapar dan haus sebab didalam Jannah alias kebun yang subur itu ada banyak buah-buahan pengusir rasa lapar dan dahaganya serta tidak akan terkena panas matahari yang mengorbit didekatnya akibat kerindangan dari pohon-pohon yang ada didalam kebun itu sendiri. Juga tidak akan telanjang karena banyak sekali bahan yang dapat dijadikan sebagai pakaian penutup aurat.

Selanjutnya, Adam dan istrinya dikirim kebumi dengan kendaraan tertentu dari Jannah tersebut yang juga dikitari oleh Barkah disekeliling mereka sebagaimana juga terjadi pada Rasulullah Muhammad Saw Al-Amin pada waktu peristiwa Mi'rajnya.
Masalah Barkah dan perjalanan Nabi Saw ini kita bahas secara panjang lebar pada Mi'raj Nabi Muhammad ke Muntaha (Pengupasan surah An Najm 1 s.d 18) [4] serta Mi'raj Nabi Muhammad ke Muntaha (Pengupasan surah Al Israa 1) [5] yang juga akan diikuti dengan Mengungkap tentang Buraq, kendaraan penjelajah inter dimensi.[6]

Kita kembali pada Adam dan Hawa, ketika mereka tiba diplanet bumi kita ini, pesawat/kendaraan mereka itu dikandaskan oleh Allah disuatu tempat sehingga terpisahlah Adam dan Hawa untuk sekian lamanya sehingga akhirnya mereka kembali berjumpa di padang Arafah, berjarak 25 Km dari kota Mekkah dan 18 Km dari Mina. (Arti dari Arafah sendiri adalah pertemuan.)
Atau bisa juga jika kita tetap beranalogi bahwa dari Jannah itu Adam dan istrinya langsung diturunkan keplanet bumi kita ini tanpa adanya persinggahan dibumi-bumi lainnya, mereka didaratkan terpisah oleh Allah sebagai pelajaran untuk mereka berdua agar dapat belajar mengendalikan hawa nafsu mereka masing-masing sekaligus memberikan kesempatan kepada Adam dan Hawa untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya dibumi ini yang tidak jauh berbeda dengan keadaan sewaktu mereka masih di Jannah. Hal ini dapat kita selami dari lamanya waktu mereka berpisah begitu mereka diturunkan dibumi dari Jannah (menurut salah satu riwayat sekitar 200 tahunan; Wallahu'alam)

Jelasnya saya berpendapat bahwa semuanya terjadi secara logis, sesuai dengan sifat dari AlQur'an yang mengutamakan kelogisannya
Memang benar, bahwa manusia sudah mengalami penerbangan antar planet atau tata surya, jauh sebelum apa yang disebut dengan Apollo atau Stasiun Mir dibuat oleh Amerika dan Rusia
Nabi Adam as bersama istrinya (Siti Hawa), adalah dua orang manusia ciptaan pertama Tuhan yang juga merupakan manusia pertama kalinya melakukan perjalanan antar planet atau juga antar dimensi, yang
selanjutnya diteruskan oleh Rasulullah Muhammad Saw Al-Amin sebagai Nabi dan Rasul Allah sekaligus sebagai manusia pilot pelopor penjelajahan ruang angkasa di masa lalu dari keturunan Bani Adam.

Tentunya, penjabaran saya ini akan semakin membuat kontroversi yang berkepanjangan dari semua rekan-rekan, tetapi cobalah anda menyimak dengan teliti satu persatu secara perlahan semua apa yang saya tuliskan disini, dan anda ikuti alur pemikiran saya dengan cermat.
Dan untuk sementara ini saya baru menggunakan satu Hadist yang berupa Hadist Qudsi sebagai dalil pendukung, sebab saya masih melakukan penggalian terhadap AlQur'an sebagai satu-satunya sumber ilmu yang pasti karena merupakan wahyu Allah yang terjaga kesuciannya serta berfungsi sebagai dalil yang tidak terbantahkan!

Sampai saat ini, rasanya masih belum begitu banyak rahasia-rahasia yang terkandung didalam Qur'an dapat dipecahkan oleh manusia, meskipun wahyu Allah itu diturunkan sudah lebih daripada 14 abad yang lalu!!!
Qur'an masih tetap berupa kitab yang penuh misteri, baik ditinjau dari sudut ilmiah apalagi dari sudut ayat yang menerangkan tentang hal-hal ghaib.
Jadi makanya saya lebih condong mengatakan bahwa arti Jannah disana adalah kebun yang terletak disuatu tempat diluar bumi alias outer space!

Dan ini tidak bertentangan dengan semua ayat Qur'an manapun juga, sebab sebagai suatu tempat yang nyata yang terletak diluar planet bumi, Jannah alias kebun yang subur itu tentunya siapapun masih dapat memasukinya, karena dia tidak bersifat kekal.
Satu hal lainnya yang semakin menguatkan pendapat ini adalah pernyataan pada surah Al-Jin 72:9:
"...Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu." (QS. 72:9)
Ayat ini dapat kita hubungkan dengan pembahasan kita ini bahwa pada masa lalu, memang benar kaum Malaikat, kaum Jin serta manusia (yang waktu itu Adam dan istrinya) berkumpul dalam suatu tempat yang bernama Jannah yang terletak di suatu tempat dilangit

Tetapi dengan diturunkannya Adam bersama Hawa kebumi dan diusirnya Iblis dari sana maka tempat tersebut diberikan penjagaan seperti yang termuat dalam ayat ke-8,9 dan 10 dari surah 72 tersebut.
"...kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api." (QS. 72:8)
"...Tetapi sekarang barang siapa yang mencoba mendengarkan tentu akan menjumpai panah api yang mengintai." (QS. 72:9) Ayat-ayat tersebut bersesuaian dengan surah Al-Mulk ayat 5, sekaligus menjadi penjelas apakah panah-panah api itu:

"Sesungguhnya telah Kami hiasi angkasa dunia itu dengan bintang-bintang menyala dan Kami jadikan dia hal yang diancamkan untuk syaitan, dan Kami sediakan semua itu untuk mereka selaku siksaan yang membakar." (QS. 67:5)
Mari sekarang kita berbicara sedikit mengenai masalah bintang yang menyangkut pengetahuan dan science modern. Bintang-bintang adalah seperti matahari, benda-benda samawi yang menjadi wadah fenomena fisik bermacam-macam, yang diantaranya yang paling mudah dilihat adalah pembuatan cahaya.

Bintang-bintang berbeda ukuran dan sifatnya, beberapa buah bintang lebih kecil daripada bumi, yang lainnya beribu kali lebih besar. Karena bintang memancarkan panas dan cahaya, astronom pernah salah menduga dengan mengira adanya pembakaran dalam bintang (pendapat ini dikemukakan oleh William Thomson, ahli fisika Skotlandia yang juga memiliki gelar Lord Kelvin).
Energi bintang dihasilkan karena pengubahan hidrogen (dalam AlQur'an disebut dengan istilah ALMAA' yang sering diartikan orang dengan Air) menjadi helium. Proses semacam ini yang menghasilkan sejumlah besar energi (dinamai Reaksi Nuklir), reaksi semacam itu terdapat dalam bom hidrogen. Tetapi reaksi dalam bintang berlangsung dengan laju tetap, karenanya energi yang terpancar keluar dapat dikatakan konstan sepanjang jutaan tahun.

Bintang, bahasa Arabnya Najm disebutkan dalam Qur'an 13 kali, kata jamaknya adalah Nujum; akar kata dari berarti Nampak. Sementara gugusan bintang sendiri yang disebut oleh manusia jaman sekarang dengan galaksi, oleh Qur'an disebut sebagai Al-Buruj (tertuang sebagai nama surah ke-85), dan bintang pada waktu malam diberi sifat dalam Qur'an dengan kata Thaariq, artinya yang membakar, dan membakar diri sendiri serta yang menembus. Disini menembus kegelapan waktu malam. Kata yang sama Thaariq, juga dipakai untuk menunjukkan bintang-bintang yang berekor; ekor itu adalah hasil pembakaran di dalamnya.

Untuk memberi gambaran yang tepat mengenai bintang yang disifati oleh AlQur'an sebagai Thaariq, bisa kita perhatikan dalam ayat berikut:
"Demi langit dan yang datang pada malam hari, tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu? yaitu bintang yang cahayanya menembus." (QS. 86:1-3)
Bintang-bintang terbentuk dalam kabut-kabut debu dan gas yang amat besar (Nebula), permulaan terbentuknya bintang diawali dengan penumpukan debu dan gas yang tertarik oleh gaya tarik kesuatu tempat dalam nebula. Gaya yang kuat itu mendorong debu dan gas menjadi sebuah bola raksasa; ditiap tempat gaya itu mendorong kearah pusat bola. Walhasil, tekanan dipusat membesar, dan akibatnya suhu meninggi pula. (Alasan ini pula yang membuat pompa angin memanas setelah dipergunakan memompa ban sepeda).

Karena itulah pusat bola menjadi panas. Dan dengan makin mengecilnya bola akibat gaya tarik yang terus menerus menekan debu dan gas kepusat, menaiklah tekanan dan suhu dipusat bola. Selang beberapa waktu kemudian gas tersebut menjadi panas menyala dan lahirlah bintang baru.
Ini pulalah kiranya yang diartikan oleh AlQur'an dalam 67:5 dengan kata bintang menyala.
Jika hidrogen sebuah bintang habis terpakai, reaksi gaya baru segera mengikutinya dan suhu ditengah bintang naik, karenanya bintang menggelembung hingga menjadi raksasa atau maha raksasa. Bersamaan dengan itu terjadi pula perubahan lain. Bintang besar dapat meledak, bercahaya 100 juta kali lebih terang dari matahari. Dan bintang yang meledak itu dinamakan dengan Supernova.

Nah, sekarang, mari kita mulai membahas … dimanakah letaknya Jannah atau kebun tempat Adam dan istrinya dulu itu tinggal di luar bumi? Apakah dalam planet-planet diatas orbit bumi (seperti Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto dan planet-planet lainnya yang kedudukannya berada diatas orbit bumi yang belum diketahui/ditemukan)? Atau juga terletak diluar galaksi Bima Sakti kita ini? Adakah disebutkan oleh Qur'an? Dan bisakah kita kesana?
Hal ini mengingat bahwa Bima Sakti hanyalah satu dari sekian banyaknya (ribuan juta) galaksi yang ada didalam alam semesta (Pustaka Pengetahuan Modern: Bintang dan Planet hal.13) Judul asli: Stars and Planets By Keith Wicks, Grolier International Inc 1989 dan dialih bahasakan oleh Prof. Dr. Bambang Hidayat (Guru besar Astronomi di ITB dan Direktur Observatorium Bosscha, ITB), Editing oleh Ganaco NV, Bandung dan penerbitan oleh PT. Widyadara, Jakarta.

Untuk mengetahui masalah Jannah yang dimaksudkan sebagai kebun yang subur tempat dimana dulunya Nabi Adam bersama istrinya tinggal, kita akan menyinggung masalah Mi'raj yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad Saw.

0 komentar:

Posting Komentar

About This Blog

  © Blogger template The Business Templates by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP