Petunjuk Mudah...... !
Klik BERANDA (pada Daftar Halaman).
Anda akan masuk ke Daftar Isi semua posting Blog.
Selamat menikmati.
--------------------------------------------------------------
Prolog
------------------------------
Bismillahirrahmanirrahiim
Selamat Datang di Blog Kami, semoga Informasi yang anda cari tersedia dan silahkan dibaca, dicopy atau dibagi kepada siapapun yang membutuhkan.
Etika berkunjung, silahkan anda tinggalkan NAMA atau EMAIL sebagai niat baik & ijin.
insya Allah, ILMU yang ada disini akan membawa berkah & manfaat untuk kita semua. Amin.
Bagi yang berkenan silahkan kasih komentar dengan Sopan & Santun sebagai perwujudan ukhuwah islamiyah.
Bagi yang yang tidak berkenan, kami mohon maaf.
( Harap cantumkan nama Gus Is - 1hati17an.blogspot.com )
-----------------------------
Rabu, 10 Juli 2013
"Hai
orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan
kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar hanya kepada-Nya
kamu menyembahny-Nya."(Q.S. Al Baqarah[2]: 172)
Aktivitas
makan ternyata bisa menjadi jalan bagi seseorang untuk mengenal dan lebih akrab
dengan Allah Azza wa Jalla, namun bisa juga menjadi jalan baginya dekat pada
hawa nafsu. Bagi hamba Allah yang telah
memahami hakikat makan, tatkala makanan masuk ke dalam perutnya, ia
akan memperoleh dua keuntungan, yakni terpenuhinya hak tubuhnya sekaligus
melunakkan hawa nafsunya.
Dengan demikian, makan baginya telah
menjadi ladang amal saleh. Sebaliknya, bagi siapa saja yang tidak
mengerti arti hidup ini, maka baginya makan tak lebih dari sekedar
memuaskan hawa nafsu belaka. Dengan demikian, makan, tidak bisa
tidak, telah menjadi virus yang tanpa ia sadari akan menggerogoti hatinya,
sehingga menjadi hancur sehancur-hancurnya. Jelas bagi orang semacam
ini aktivitas makan hanya akan semakin menjauhkan dirinya dari karunia
Allah.
Barangsiapa
yang ingin memliki hati yang sehat dan memelihara kebeningannya,
hendaknya senantiasa menjaga kehati-hatian ketika menghadapi
suatu hidangan. Ia tahu persis makna firman Allah Azza wa Jalla,
"Hai
orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar hanya
kepada-Nya kamu menyembah-Nya."(Q.S. Al Baqarah[2]: 172).
Karenanya,
ia hanya mau makan apabila hal itu telah menjadi alat taqarrub
kepada Allah. Betapa ia menyadari, bahwa aktiivitas makan itu
ternyat bukanlah sekedar untuk mengenyangkan perut, lalu berdampak pulihnya kembali tenaga didalam tubuh. Makanpun bukan sekedar mengecap kenikmatan
karena toh nikmatnya makan itu hanya "sepanjang telunjuk" jaraknya
dari bibir. Begitu makanan lewat dari tenggorokan, maka tidak akan
terasa lagi nikmatnya. Jadi kalau demikian, apalah artinya makan kalau
hanya sebatas untuk pemenuhan kebutuhan lahir belaka? Orang yang paling
bodoh di dunia ini adalah orang yang telah tertipu oleh aktivitas
makan. Padahal makan bagi seorang mukmin adalah amal ibadah, bukan
malah untuk menghancurkan ibadah.
Bagi
yang ingin memiliki hati yang bersih, ia baru mau menyantap suatu hidangan
bila jelas-jelas meyakini kehalalannya. Sebab, satu kali makanan
haram masuk ke dalam perut, empat puluh hari amal ibadahnya tidak
diterima. Kalau menjadi daging, maka haramlah ia masuk surga. Berdoa
dengan bersimbah airmata dan di tempat ijabah sekalipun, tidak akan
pernah terkabulkan. Padahal, doa adalah senjata seorang mukmin.
Oleh
sebab itu waspadalah dengan makanan karena biasanya timbulnya hal-hal
yang dapat menurunkan kualitas keimanan, seperti tidak sanggup bertahajud,
tidak khusyuk dalam beribadah, tumpulnya otak, tidak terkabulkan
doa, dan lain-lain, ternyata itu semua diakibatkan oleh masalah
perut. Setelah terbebas dari makanan haram, berhati-hatilah dengan
kemungkinan memakan makanan secara berlebihan. Makanan yang berlebihan
akan mengundang aneka macam akibat buruk. Ia akan menjadi jalan
bagi tergelincirnya anggota-anggota tubuh ke jurang kemaksiatan.
Tidak
usah heran kalau mata akan sulit dipakai untuk membaca firman-firman
Allah. Tangan akan teramat berat dipergunakan untuk menolong
sesama yang membutuhkan bantuan, menyantuni yang lemah, dan memberi
sedekah di jalan Allah. Tangan akan teramat berat dipergunakan untuk
menolong sesama yang membutuhkan bantuan. Menyantuni yang lemah, dan
memberi sedekah di jalan Allah. Mulut akan teramat sungkan berbicara
tentang kebaikan dan mengajak orang ke jalan kebenaran. Telinga
menjadi malas sekali untuk mendengarkan ajakan menuju ampunan
dari Dzat yang Maharahman. Kaki pun akan sangat enggan dilangkahkan
menuju majelis-majelis keilmuan yang membicarakan indahnya hidup
dalam pelukan iman dan Islam. Ditambah lagi, na'udzibillaah, hati
dan pikiran pun akan terlalaikan dari dzikir, mengingat Allah Azza
wa Jalla!
Rasulullah
SAW bersabda, "Tidaklah seseorang mengisi wadah yang lebih daripada perutnya. Cukuplah bagi manusia beberapa suapan saja untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak
mungkin demikian, maka hendaklah
sepertiga dari perutnya diisi makanan, sepertiga dengan minuman,
dan sepertiga lagi untuk pernafasan." (H.R. Ahmad dan Trimidzi)
Rasulullah sendiri beserta para sahabatnya, tulis DR. Ahmad Faridh dlam kitabnya, Tazkiyat An-Nufus, sering menanggung lapar. Walaupun
itu disebabkan tidak adanya makanan yang dapat dimakan, tetapi
Allah SWT tidak akan memilih dan menjadikan suatu keadaan untuk Rasul-Nya,
kecuali yang paling sempurna dan paling baik. "Keluarga Muhammad
tidak pernah kenyang makan roti tarr tiga malam berturut-turut
dalam hidupnya sampai beliau wafat," kata Aisyah r.a. (H.R.
Bukhari-Muslim)
Karenanya,
barangsiapa ingin senantiasa terpelihara kebeningan hatinya,
hendaklah ia makan dengan tidak berlebihan. Makanlah secukupnya,
insya Allah akan melembutkan hati serta membuat terkendalinya
hawa nafsu. Sedangkan hawa nafsu adalah perangkat dari Allah
agar seseorang mendapatkan pahala sekiranya hawa nafsu itu tunduk
kepada pemiliknya.
Perut
dengan demikian, sangat dekat dengan hawa nafsu. Padahal, hawa nafsu
justru yang menjadi penyebab utama sesat dan mengerasnya hati. Hawa
nafsu pula yang menjadi pangkal dari semua maksiat, kelalaian
dan tak terpeliharanya syahwat. Hawa nafsu pun merupakan ladang
bagi tersemainya sifat tamak. Dan, tidak bisa tidak, "Tak akan berkembang
biak aneka cabang kehinaan itu, kecuali diatas bibit tamak."
(Kitab Al-Hikam)
Akhirul
kalam, ada baiknya kita camkan perkataan seorang sufi, Ibrahim bin
Adham. "Barangsiapa yang memelihara perutnya dengan sebaik-baiknya,"
tuturnya, "berarti ia telah memelihara agamanya dengan baik.
Barangsiapa yang mampu mengendalikan rasa laparnya, ia akan memiliki
akhlak yang mulia dan tinggi. Karena, maksiat kepada Allah jauh
dari orang yang lapar dan dekat dengan orang yang selalu kenyang."
Hanya kepada Allah-lah kita memohon pertolongan dan berlindung
dari jahatnya hawa nafsu karena makanan. ***
text-autospace:none'>
Aa
Gym menyalami jamaah kemudian dihalaman sudah banyak yang minta berfoto
dengannya,...
Kemudian
kami mencari angkutan untuk pulang.
Selamat
berjuang dan beribadah dengan baik. Semoga Allah melanggengkan kecerdasan dan
kejeniusan antum semua. Salam RG. Sambil berpesan kepada sopir kami tertidur...
Oleh: K.H. Abdullah Gymnastiar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar