Oleh :
KH. Abdullah Gymnastiar
Setiap
manusia tentulah sangat menyukai dan merindukan keindahan. Banyak orang yang
menganggap keindahan adalah pangkal dari segala puji dan harga. Tidak usah
heran kalau banyak orang memburunya. Ada orang yang berani pergi beratus bahkan
beribu kilometer semata-mata untuk mencari suasana pemandangan yang indah.
Banyak orang rela membuang waktu untuk berlatih mengolah jasmani setiap saat
karena sangat ingin memiliki tubuh yang indah. Tak sedikit juga orang berani
membelanjakan uangnya berjuta bahkan bermilyar karena sangat rindu memiliki
rumah atau kendaraan mewah.
Akan
tetapi, apa yang terjadi? Tak jarang kita menyaksikan betapa terhadap
orang-orang yang memiliki pakaian dan penampilan yang mahal dan indah, yang
datang ternyata bukan penghargaan, melainkan justru penghinaaan. Ada juga orang
yang memiliki rumah megah dan mewah, tetapi bukannya mendapatkan pujian,
melainkan malah cibiran dan cacian. Mengapa keindahan yang tadinya disangka
akan mengangkat derajat kemuliaan malah sebaliknya, padahal kunci keindahan
yang sesungguhnya adalah jika sesorang merawat serta memperhatikan kecantikan
dan keindahan hati. Inilah pangkal kemuliaan sebenarnya.
Rasulullah
SAW pakaiannya tidak bertabur bintang penghargaan, tanda jasa, dan pangkat.
Akan tetapi, demi Allah sampai saat ini tidak pernah berkurang kemuliaannya.
Rasulullah SAW tidak menggunakan singgasana dari emas yang gemerlap, ataupun
memiliki rumah yang megah dan indah. Akan tetapi, sampai detik ini sama sekali
tidak pernah luntur pujian dan penghargaan terhadapnya, bahkan hingga kelak
datang akhir zaman. Apakah rahasianya? Ternyata semua itu dikarenakan
Rasulullah SAW adalah orang yang sangat menjaga mutu keindahan dan kesucian
hatinya.
Rasulullah
SAW bersabda, "Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging.
Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi,
bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu
bernama qolbu!" (HR. Bukhari dan Muslim).
Boleh saja
kita memakai segala apapun yang indah-indah. Namun, kalau tidak memiliki hati
yang indah,demi Allah tidak akan pernah ada keindahan yang sebenarnya.
Karenanya jangan terpedaya oleh keindahan dunia. Lihatlah, begitu banyak wanita
malang yang tidak mengenal moral dan harga diri. Mereka pun tidak kalah indah
dan molek wajah, tubuh, ataupun penampilannya. Kendatipun demikian, mereka
tetap diberi oleh Allah dunia yang indah dan melimpah.
Ternyata
dunia dan kemewahan bukanlah tanda kemuliaan yang sesungguhnya karena
orang-orang yang rusak dan durjana sekalipun diberi aneka kemewahan yang
melimpah ruah oleh Allah. Kunci bagi orang-orang yang ingin sukses, yang ingin
benar-benar merasakan lezat dan mulianya hidup, adalah orang-orang yang sangat
memelihara serta merawat keindahan dan kesucian qalbunya.
Imam Al Ghazali
menggolongkan hati ke dalam tiga golongan, yakni yang sehat (qolbun shahih),
hati yang sakit (qolbun maridh), dan hati yang mati (qolbun mayyit).
Seseorang yang memiliki hati sehat tak ubahnya memiliki tubuh yang sehat.
Ia akan berfungsi optimal. Ia akan mampu memilih dan memilah setiap rencana
atas suatu tindakan, sehingga setiap yang akan diperbuatnya benar-benar sudah
melewati perhitungan yang jitu berdasarkan hati nurani yang bersih.
Orang yang
paling beruntung memiliki hati yang sehat adalah orang yang dapat mengenal
Allah Azza wa Jalla dengan baik. Semakin cemerlang hatinya, maka akan semakin
mengenal dia. Penguasa jagat raya alam semesta ini. Ia akan memiliki mutu
pribadi yang begitu hebat dan mempesona. Tidak akan pernah menjadi ujub dan takabur
ketika mendapatkan sesuatu, namun sebaliknya akan menjadi orang yang tersungkur
bersujud. Semakin tinggi pangkatnya, akan membuatnya semakin rendah hati. Kian
melimpah hartanya, ia akan kian dermawan. Semua itu dikarenakan ia menyadari,
bahwa semua yang ada adalah titipan Allah semata. Tidak dinafkahkan di jalan
Allah, pasti Allah akan mengambilnya jika Dia kehendaki.
Semakin
bersih hati, hidupnya akan selalu diselimuti rasa syukur. Dikaruniai apa saja,
kendati sedikit, ia tidak akan habis-habisnya meyakini bahwa semua ini adalah
titipan Allah semata, sehingga amat jauh dari sikap ujub dan takabur. Persis
seperti ucapan yang terlontar dari lisan Nabi Sulaiman AS, tatkala dirinya
dianugerahi Allah berbagai kelebihan, "Haadzaa min
fadhli Rabbii, liyabluwani a-asykuru am afkuru." (QS. An Naml [27] : 40). Ini termasuk karunia Tuhanku, untuk mengujiku
apakah aku mampu bersyukur atau malah kufur atas nikmat-Nya.
Suatu saat bagi Allah akan menimpakkan ujian dan bala. Bagi orang yang
hatinya bersih, semua itu tidak kalah terasa nikmatnya. Ujian dan persoalan
yang menimpa justru benar-benar akan membuatnya kian merasakan indahnya hidup
ini. Karena, orang yang mengenal Allah dengan baik berkat hati yang bersih,
akan merasa yakin bahwa ujian adalah salah satu perangkat kasih sayang Allah,
yang membuat seseorang semakin bermutu.
Dengan
persoalan akan menjadikannya semakin bertambah ilmu. Dengan persoalan akan
bertambahlah ganjaran. Dengan persoalan pula derajat kemuliaan seorang hamba
Allah akan bertambah baik, sehingga ia tidak pernah resah, kecewa, dan berkeluh
kesah karena menyadari bahwa persoalan merupakan bagian yang harus dinikmati
dalam hidup ini.
Oleh
karenanya, tidak usah heran orang yang hatinya bersih, ditimpa apapun dalam
hidup ini, sungguh bagaikan air di relung lautan yang dalam. Tidak pernah akan
berguncang walaupun ombak badai saling menerjang. Ibarat karang yang tegak
tegar, dihantam ombak sedahsyat apapun tidak akan pernah roboh. Tidak ada putus
asa, tidak ada keluh kesah berkepanjangan. Yang ada hanya kejernihan dan
keindahan hati. Ia amat yakin dengan janji Allah, "Laa
yukalifullahu nafasan illa wus'ahaa." (QS. Al Baqarah [2] : 286). Allah tidak akan membebani seseorang, kecuali
sesuai dengan kesanggupannya. Pasti semua yang menimpa sudah diukur oleh-Nya.
Mahasuci Allah dari perbuatan zhalim kepada hamba-hamba-Nya.
Ia sangat yakin bahwa hujan pasti berhenti. Badai pasti berlalu. Malam
pasti berganti menjadi siang. Tidak ada satu pun ujian yang menimpa, kecuali
pasti akan ada titik akhirnya. Ia tidak berubah bagai intan yang akan tetap
kemilau walaupun dihantam dengan apapun jua.
Memang luar biasa orang yang memiliki hati yang
bersih. Nikmat datang tak pernah membuatnya lalai bersyukur, sementara
sekalipun musibah yang menerjang, sama sekali tidak akan pernah mengurangi
keyakinan akan curahan kasih sayang-Nya. Semua itu dikarenakan ia bisa
menyelami sesuatu secara lebih dalam atas musibah yang menimpa dirinya,
sehingga tergapailah sang mutiara hikmah. Subhanallaah, sungguh teramat
beruntung siapapun yang senantiasa berikhtiar dengan sekuat-kuatnya untuk
memperindah qolbunya.
SV'>
:12.0pt;mso-layout-grid-align:
none;text-autospace:none'>
Silahkan
anda renungkan, kita termasuk kategori yang mana...? Semoga semua ini menjadi
bahan renungan agar hidup yang hanya sekali ini kita bisa merobah diri dan
mempersembahkan yang terbaik dan yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat nanti.
Jadilah manusia yang "wajib ada". Semoga!
0 komentar:
Posting Komentar