Petunjuk Mudah...... !
Klik BERANDA (pada Daftar Halaman).
Anda akan masuk ke Daftar Isi semua posting Blog.
Selamat menikmati.
--------------------------------------------------------------
Prolog
------------------------------
Bismillahirrahmanirrahiim
Selamat Datang di Blog Kami, semoga Informasi yang anda cari tersedia dan silahkan dibaca, dicopy atau dibagi kepada siapapun yang membutuhkan.
Etika berkunjung, silahkan anda tinggalkan NAMA atau EMAIL sebagai niat baik & ijin.
insya Allah, ILMU yang ada disini akan membawa berkah & manfaat untuk kita semua. Amin.
Bagi yang berkenan silahkan kasih komentar dengan Sopan & Santun sebagai perwujudan ukhuwah islamiyah.
Bagi yang yang tidak berkenan, kami mohon maaf.
( Harap cantumkan nama Gus Is - 1hati17an.blogspot.com )
-----------------------------
Rabu, 10 Juli 2013
Manusia ketika hilang matanya,maka
hilanglah segalanya, hidup dalam kegelapan sepanjang waktu, tidak bisa melihat
apa-apa...
Akan tetapi kalau manusia kehilangan
pendengarannya, maka dia masih bisa melihat. Pada saat itu, musibah yang ia
derita lebih ringan daripada ia kehilangan mata.
Akan tetapi Allah ta'alaa ketika menyebutkan kata
"pendengaran" dalam Al-Qur'an selalu didahulukan daripada penglihatan.
Sungguh, ini merupakan satu mu'jizat Al-Qur'an yang mulia. Allah
telah mengutamakan dan mendahulukan pendengaran daripada penglihatan. Sebab,
pendengaran adalah organ manusia yang pertama kali bekerja ketika di dunia,
juga merupakan organ yang pertama kali siap bekerja pada saat akhirat terjadi.
Maka pendengaran tidak pernah tidur sama sekali.
Sesunguhnya pendengaran adalah organ
tubuh manusia yang pertama kali bekerja ketika seorang manusia lahir di dunia. Maka,
seorang bayi ketika saat pertama kali lahir, ia bisa mendengar, berbeda dengan
kedua mata. Maka, seolah Allah ta'alaa ingin mengatakan kepada kita,
"Sesungguhnya pendengaran adalah organ yang pertama kali mempengaruhi
organ lain bekerja, maka apabila engkau datang disamping bayi tersebut beberapa
saat lalu terdengar bunyi kemudian, maka ia kaget dan menangis. Akan tetapi
jika engkau dekatkan kedua tanganmu ke depan mata bayi yang baru lahir, maka
bayi itu tidak bergerak sama sekali (tidak merespon), tidak merasa ada bahaya yang
mengancam. Ini yang pertama.
Kemudian, apabila manusia tidur, maka
semua organ tubuhnya istirahat, kecuali pendengarannya. Jika engkau ingin
bangun dari tidurmu, dan engkau letakkan tanganmu di dekat matamu, maka mata
tersebut tidak akan merasakannya. Akan tetapi jika ada suara berisik di dekat
telingamu, maka anda akan terbangun seketika. Ini yang kedua.
Adapun yang ketiga, telinga adalah
penghubung antara manusia dengan dunia luar. Allah ta'alaa ketika ingin
menjadikan ashhabul kahfi tidur selama 309 tahun, Allah berfirman:
Maka Kami tutup telinga-telinga mereka
selama bertahun-tahun (selama 309 tahun, lihat pada ayat 25 berikutnya -pent)
(Q.S. Al-Kahfi: 11)
Dari sini, ketika telinga tutup
sehingga tidak bisa mendengar, maka orang akan tertidur selama beratus-ratus
tahun tanpa ada gangguan. Hal ini karena gerakan-gerakan manusia pada siang
hari menghalangi manusia dari tidur pulas, dan tenangnya manusia (tanpa ada
aktivitas) pada malam hari menyebabkan bisa tidur pulas, dan telinga tetap
tidak tidur dan tidak lalai sedikitpun.
Dan di sini ada satu hal yang perlu
kami garis bawahi, yaitu sesungguhnya Allah berfirman dalam surat Fushshilat:
Dan kamu sekali-kali tidak dapat
bersembunyi dari persaksian yang dilakukan oleh pendengaranmu, mata-mata kalian,
dan kulit-kulit kalian terhadap kalian sendiri, bahkan kamu mengira bahwa Allah
tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kalian kerjakan. (Q.S. Fushshilat: 22)
Kenapa kalimat "pendengaran"
dalam ayat tersebut berbentuk tunggal (mufrad) dan kalimat "penglihatan"
dan "kulit" dalam bentuk jamak ? Padahal, bisa saja Allah
mengatakannya:
Pendengaran-pendengaran kalian,
penglihatan-penglihatan kalian, dan kulit-kulit kalian.
Dan memang konteks ayatnya adalah
pendengaran dan penglihatan (bentuk tunggal) atau pendengaran-pendengaran dan
penglihatan-penglihatan (bentuk jamak). Akan tetapi Allah ta'alaa dalam ayat di
atas -yang demikian rinci dan jelas- ingin mengungkapkan kepada kita tentang
keterperincian Al-Qur'an yang mulia. Maka mata adalah indera yang bisa diatur
sekehendak manusia, saya bisa melihat dan bisa tidak melihat, saya bisa
memejamkan mata bila saya tidak ingin melihat sesuatu, memalingkan wajahku ke
arah lain, atau pun mengalihkan pandanganku ke yang lain yang ingin saya lihat.
Akan tetapi telinga tidak memiliki kemampuan itu, ingin mendengar atau tidak
ingin mendengar, maka anda tetap mendengarnya. Misalnya, anda dalam sebuah
ruangan yang di sana ada 10 orang yang saling berbicara, maka anda akan
mendengar semua suara mereka, baik anda ingin mendengarnya atau tidak; anda
bisa memalingkan pandangan anda, maka anda akan melihat siapa saja yang ingin
anda lihat dan anda tidak bisa melihat orang yang tidak ingin anda lihat. Akan
tetapi, anda tidak mampu mendengarkan apa yang ingin anda dengar perkataannya
dan tidak juga mampu untuk tidak mendengar orang yang tidak ingin anda dengar.
Paling-paling anda hanya bisa seolah-olah tidak tahu atau seolah-olah tidak
mendengar suara yang tidak ingin anda dengar, akan tetapi pada hakikatnya semua
suara tersebut sampai ke telinga anda, mau atau pun tidak.
Jadi, mata memiliki kemampuan untuk
memilih; anda bisa melihat yang itu atau memalingkan pandangan mata dari hal
itu, saya pun demikian, dan orang lain pun demikian, sedangkan pendengaran;
setiap kita mendengar apa saja yang berbunyi, diinginkan atau pun tidak. Dari
hal ini, maka setiap mata berbeda-beda pada yang dilihatnya, akan tetapi
pendengaran mendengar hal yang sama. Setiap kita memiliki mata, ia melihat apa
saja yang ia mau lihat; akan tetapi kita tidak mampu memilih hal yang mau kita
dengarkan, kita mendengarkan apa saja yang berbunyi, suka atau tidak suka,
sehingga pantas Allah ta'alaa menyebutkan kalimat "pandangan" dalam
bentuk jamak, dan kalimat "pendengaran" dalam bentuk tunggal,
meskipun kalimat pendengaran didahulukan daripada kalimat penglihatan. Maka
pendengaran tidak pernah tidur atau pun istirahat. Dan organ tubuh yang tidak
pernah tidur maka lebih tinggi (didahulukan) daripada makhluk atau organ yang
bisa tidur atau istirahat. Maka telinga tidak tidur selama-lamanya sejak awal
kelahirannya, ia bisa berfungsi sejak detik pertama lahirnya kehidupan yang
pada saat organ-organ lainnya baru bisa berfungsi setelah beberapa saat atau
beberapa hari, bahkan sebagian setelah beberapa tahun kemudian, atau pun 10
tahun lebih.
Dan telinga tidak pernah tidur, ketika
engkau sedang tidur maka semua organ tubuhmu tidur atau istirahat, kecuali
telinga. Jika terdengar suara disampingmu maka spontan engkau akan terbangun.
Akan tetapi, jika fungsi telinga terhenti, maka hiruk-pikuk aktivitas manusia
di siang hari dan semua bunyi yang ada tidak akan membangunkan tidur kita,
sebab alat pendengarannya (penerima bunyi) yaitu telinga tidak bisa menerima
sinyal ini. Dan telinga pulalah yang merupakan alat pendengar panggilan penyeru
pada hari qiamat kelak ketika terompet dibunyikan.
Dan mata membutuhkan cahaya untuk bisa
melihat, sedangkan telinga tidak memerlukan hal lain. Maka, jika dunia dalam
keadaan gelap, maka mata tidak bisa melihat, walaupun mata anda tidak rusak.
Akan tetapi telinga bisa mendengar apapun, baik siang maupun malam; dalam gelap
maupun terang benderang. Maka telinga tidak pernah tidur dan tiak pernah
berhenti berfungsi. ( 04 sept 2003M. ) ;mso-ansi-language:SV'>
Ayat diatas dapat dipergunakan secara
umum, karena memang amat sangat banyak tanda-tanda kekuasaan dan ilmu Tuhan itu
didalam diri kita selaku manusia ini, baik itu dimulai dari bentuk
jasmani/fisik sampai pada anatomi tubuh bagian dalam, yang melingkupi sel-sel,
tulang, darah dan sebagainya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar