Petunjuk Mudah...... !
Klik BERANDA (pada Daftar Halaman).
Anda akan masuk ke Daftar Isi semua posting Blog.
Selamat menikmati.
--------------------------------------------------------------
Prolog
------------------------------
Bismillahirrahmanirrahiim
Selamat Datang di Blog Kami, semoga Informasi yang anda cari tersedia dan silahkan dibaca, dicopy atau dibagi kepada siapapun yang membutuhkan.
Etika berkunjung, silahkan anda tinggalkan NAMA atau EMAIL sebagai niat baik & ijin.
insya Allah, ILMU yang ada disini akan membawa berkah & manfaat untuk kita semua. Amin.
Bagi yang berkenan silahkan kasih komentar dengan Sopan & Santun sebagai perwujudan ukhuwah islamiyah.
Bagi yang yang tidak berkenan, kami mohon maaf.
( Harap cantumkan nama Gus Is - 1hati17an.blogspot.com )
-----------------------------
Rabu, 10 Juli 2013
Sebuah
Kisah Si Pencari Ilmu
Al kisah, seorang nenek tinggal beserta dua
orang cucunya di sebuah gubuk kecil di kaki bukit. Nenek itu sudah cukup renta,
dan sering sakit-sakitan. Setahun sudah sang nenek sakit dan kondisinya pun
semakin lemah. Mengetahui kondisinya yang menjelang ajal, akhirnya ia memanggil
kedua cucunya untuk menyampaikan pesan-pesan terakhirnya.
Kedua cucu kakak beradik itu duduk
di samping neneknya sambil memijiti kakinya, kemudian berkata kepada cucunya,
"Cucuku, rasanya ajalku semakin dekat dan tidak akan ada lagi yang akan
menjaga kalian. Untuk itu aku ingin memberikan sesuatu agar
kalian tidak kekurangan setelah aku tinggalkan." Kakak beradik itu
tertegun setelah mendengar ucapan neneknya, dan berkata "Nenek jangan
berkata begitu".
Dengan lirih, sang nenek kembali
berkata, "Aku ingin kalian menuju ke suatu daerah, untuk itu aku akan
memberi kalian sebuah peta perjalanan. Tapi setahuku, daerah yang dimaksud itu
sangat jauh dan butuh waktu tempuh bertahun-tahun. Mungkin kalian akan sampai
disana ketika usia kalian menjelang senja. Untuk biaya ke sana nenek mungkin
tidak punya uang banyak. Tapi untuk perjalanan pertama akan nenek berikan emas simpanan
nenek. Emas itu hanya dapat digunakan sampai ke kota pertama. Setelah itu
kalian cari biaya sendiri," jelas sang nenek.
"Kenapa Kami Harus Kesana
Nek?", Kata cucu pertama. "Bukankan di kota terdekat kami bisa hidup
dan tinggal di sana?" lanjutnya.
Neneknya menjawab, "Disana kalian
akan mendapatkan sesuatu yang berharga."
"Apa itu nek?" tanya cucu ke
dua.
"Kalian akan tahu sendiri ketika
kalian sampai di sana". Akhirnya kata itu adalah kata terakhir yang
terucap dari bibir sang nenek. Dan sang nenek pun meninggal dunia.
Sehari setelah berkabung. Mereka mulai
memikirkan wasiat terakhir neneknya. "Bagaimana dik, apakah kita berangkat
sekarang menuju tempat yang dikatakan nenek?" ujar cucu pertama yang lebih
tua beberapa tahun dari adiknya. "Sebaiknya kita berangkat segera
kak" jawab adiknya.
Setelah sebulan perjalanan yang
melelahkan kedua saudara itu pun sampai di sebuah desa. Di sekitar desa itu
dipenuhi oleh lahan pertanian yang luas. Masyarakat disana hidup bertani. Saat
mereka datang tampak sebagian besar penduduknya sedang memanen hasil
pertaniannya. Melihat itu, sang kakak pun berkata, "Dik, makmur sekali
negeri ini." Adiknya menimpali, "Di tempat kita tidak pernah kita
temui hasil panen yang sebagus ini".
Kedua saudara itu tampak
terkagum-kagum dengan pandangan di depan matanya. "Oh ya... bukankah uang
kita telah habis untuk sebulan perjalanan?" tanya sang kakak.
"Bagaimana kalau kita mengumpulkan uang dulu untuk bekal perjalanan
berikutnya?" tambahnya lagi. Adiknya setuju. Akhirnya mereka berdua bekerja
pada sebuah keluarga yang memiliki lahan yang luas. Disana mereka diajarkan
bercocok tanam sehingga mereka bisa menjadi pekerja di kebun itu.
Tak terasa, enam bulan sudah mereka
disana. Tanaman yang mereka tanam sudah menampakkan hasil. Sepekan setelah itu
mereka akan menuai panen. "Tampaknya hasil panen ini akan cukup untuk
perjalanan berikutnya," ujar sang kakak.
Usai panen, akhirnya mereka meneruskan
perjalanan menuju daerah berikutnya.
Daerah kedua yang mereka temui adalah
sebuah padang rumput yang luas. Mereka kembali heran, bagaimana masyarakat
disana hidup? Tidak sedikitpun terlihat daerah sesubur tempat yang mereka
kunjungi pertama kali. Namun, di balik bukit mereka menemui segerombolan domba
yang jumlahnya ratusan. Beberapa saat setelah itu mereka sadar bahwa mata
pencaharian masyarakat disana adalah beternak.
"Kak, baru kali ini aku menemui
peternakan domba yang sebesar ini" ujar sang adik kagum. Kakaknya pun
meng-iyakan. "Kalau begitu, seperti sebelumnya, kita harus mengumpulkan
bekal dulu untuk perjalanan berikutnya. Bagaimana kalau kita coba bekerja pada
tuan pemilik peternakan ini?" seru sang kakak.
Mereka mulai bekerja sambil belajar
bagaimana merawat ternak yang baik.
Genap setahun, mereka kembali
memikirkan perjalanan mereka. "Sudah saatnya kita berangkat dik",
ujar sang kakak tetap bersemangat. "Saya sepertinya tinggal di sini saja
kak" jawab sang adik ragu. Sang kakak pun kaget mendengar ucapan adiknya.
"Apa kamu tidak ingin menunaikan wasiat nenek?" tanya sang kakak
menahan emosi. "Saya pikir nenek hanya menginginkan kebahagiaan untuk kita
dan saya sudah bahagia disini, sebentar lagi saya akan memperoleh hasil yang
cukup besar dan itu bisa saya kembangkan disini," jawab sang adik.
Sang kakak pun akhirnya mengalah.
Pemuda itu berangkat sendiri ke daerah
berikutnya. Setelah beberapa pekan perjalanannya, dia pun sampai di sebuah
pantai. Dimana masyarakatnya hidup sebagai nelayan. Dan seperti biasa, ia
tinggal disana beberapa waktu untuk menyiapkan bekal berjalanannya. Begitu
seterusnya. Separuh dari umurnya sudah melewati berbagai daerah dengan suasana
dan kehidupan yang berbeda.
Suatu saat, sang lelaki itu sampai
pada suatu daerah yang unik. Dalam setiap perjalanannya baru kali ini dia
menemui negeri yang memiliki alam yang indah dengan kehidupan masyarakatnya
hampir semuanya makmur. Disana dia menemui daerah yang memiliki semua ciri yang
ada pada setiap perjalanannya. Masyarakat disana hidup dengan berbagai corak
yang berbeda, ada yang berdagang, bertani, nelayan, dan di pusat kota terdapat
bangunan-bangunan indah dan megah. Sungguh sebuah negeri yang sempurna.
Mendadak sang pemuda memperhatikan dirinya di sebuah cermin. Dia kaget, melihat
sosok yang ada di cermin tersebut. Tampak kulit wajah yang mulai keriput dan
rambut yang hampir separuhnya memutih. Dia teringat akan
perkataan neneknya. "perjalanan itu akan sampai pada usia kamu menjelang
senja".
Sang cucu akhirnya merenung,
mungkinkah ini daerah akhir dari perjalanannya? Tapi apa yang akan aku dapatkan
di sini? Untuk meyakinkan dirinya dia mencoba melihat peta pemberian neneknya.
Benar, sepertinya inilah daerah terakhir yang aku tuju. Tapi apa yang aku
dapatkan di sini?
Beberapa pekan setelah itu.
Ada pengumuman bahwa Sang Raja mencari
orang yang memiliki keterampilan yang banyak dan ilmu yang luas untuk dijadikan
penasehatnya. Berduyun-duyun masyarakat disana mulai mendaftar dan
masing-masing harus mengikuti seleksi dari kerajaan. Setelah melalui tahap
seleksi yang panjang, akhirnya diumumkan bahwa yang berhak menjadi penasehat
Raja adalah seorang pemuda yang bernama Karim.
Karim. Dialah lelaki yang menghabiskan
umurnya dengan melakukan perjalanan panjang tadi.
Eramuslim
***
Sobat, perjalanan mencari ilmu adalah
sebuah perjalanan panjang usia kita. Rasulullah pernah mengatakan,
"Tuntutlah ilmu dari semenjak lahir hingga ke liang lahat". Betapa
Rasulullah memuliakan ilmu dengan menyuruh kita belajar hingga ajal menjelang.
Kita juga pernah mendenger anjuran,
"Tuntutlah ilmu sampai ke Negeri Cina". Betapa pentingnya ilmu hingga
jarak yang jauh tidak menjadi hambatan untuk mempelajarinya.
Ali Bin Abu thalib mengatakan bahwa
ilmu itu lebih baik dari pada harta, karena ilmu akan menjaga kamu sedangkan
kamu harus menjaga harta. Ilmu itu akan bertambah jika diberikan sementara
harta akan berkurang jika diberikan. Ulama itu tetap hidup meskipun jasadnya
telah tiada karena pemikirannya masih tetap ada.
Rasullullah bersabda "Barang
siapa yang menuntut ilmu bukan karena Allah maka ia tidak akan keluar dari
dunia sehingga ilmu itu datang (memaksa) agar menuntut ilmunya itu karena
Allah. Barang siapa yang menuntut ilmu karena Allah maka ia seperti orang yang
berpuasa pada siang dan bangun untuk beribadah pada malam hari. Dan
sesungguhnya satu bab ilmu yang dipelajari oleh seseorang itu lebih baik
daripada ia mempunyai emas sebesar bukit Abu Qubais lalu ia menginfakkan pada
jalan Allah Ta'ala".
Amal
adalah pasangan Ilmu. Tanpa amal, ilmu akan mati. Tanpa amal ilmu tiada
guna. Tanpa
amal ilmu akan pergi meninggalkan kita. Maka amalkanlah ilmu.
Sufyan Ats-Tsauri berkata: "Ilmu
itu pada mulanya adalah diam, kemudian mendengarkan, lalu menghafalkan
(mengingat), lantas mengamalkannya, dan terakhir menyiarkannya".
Saya teringat sebuah kata-kata, "tidak ada
lift untuk menuntut ilmu, kita harus menaikinya melewati setiap anak
tangga".
Dan Thomas Alfa Edison pun
berkata, "Genius is one percent inspiration and ninety-nine percent
perspiration".
Publikasi oleh : http://1hati17an.blogspot.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar