Petunjuk Mudah...... !
Klik BERANDA (pada Daftar Halaman).
Anda akan masuk ke Daftar Isi semua posting Blog.
Selamat menikmati.
--------------------------------------------------------------
Prolog
------------------------------
Bismillahirrahmanirrahiim
Selamat Datang di Blog Kami, semoga Informasi yang anda cari tersedia dan silahkan dibaca, dicopy atau dibagi kepada siapapun yang membutuhkan.
Etika berkunjung, silahkan anda tinggalkan NAMA atau EMAIL sebagai niat baik & ijin.
insya Allah, ILMU yang ada disini akan membawa berkah & manfaat untuk kita semua. Amin.
Bagi yang berkenan silahkan kasih komentar dengan Sopan & Santun sebagai perwujudan ukhuwah islamiyah.
Bagi yang yang tidak berkenan, kami mohon maaf.
( Harap cantumkan nama Gus Is - 1hati17an.blogspot.com )
-----------------------------
Senin, 08 Juli 2013
"Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang
yang dapat mengalahkan kamu..." (Q.
S Ali Imran : 160)
Bagaimana kita memahami pengertian hidup sukses ?
Dari mana harus memulainya ketika kita ingin segera diperjuangkan ?
Tampaknya tidak terlalu salah bila ada orang
yang telah berhasil menempuh jenjang pendidikan tinggi, bahkan lulusan luar
negeri, lalu menganggap dirinya orang sukses. Mungkin juga seseorang yang gagal
dalam menempuh jalur pendidikan formal belasan tahun lalu, tetapi saat ini
berani menepuk dada karena yakin bahwa dirinya telah mencapai sukses. Mengapa
demikian? Karena, ia telah memilih dunia wirausaha, lalu berusaha keras tanpa
mengenal lelah, sehingga mewujudlah segala buah jerih payahnya itu dalam
belasan perusahaan besar yang menguntungkan.
Seorang ayah dihari tuanya tersenyum puas karena
telah berhasil mengayuh bahtera rumah tangga yang tentram dan bahagia,
sementara anak anaknya telah ia antar ke gerbang cakrawala keberhasilan hidup
yang mandiri. Seorang kiai atau mubaligh juga berusaha mensyukuri kesuksesan
hidupnya ketika jutaan umat telah menjadi jamaahnya yang setia dan telah
menjadikannya sebagai panutan, sementara pesantrennya selalu dipenuh sesaki
ribuan santri.
Pendek kata, adalah hak setiap orang untuk
menentukan sendiri dari sudut pandang mana ia melihat kesuksesan hidup. Akan
tetapi, dari sudut pandang manakah seyogyanya seorang muslim dapat menilik
dirinya sebagai orang yang telah meraih hidup sukses dalam urusan dunianya?
Membangun Fondasi
Kalau kita hendak membangun rumah, maka yang
perlu terlebih dahulu dibuat dan diperkokoh adalah fondasinya. Karena, fondasi
yang tidak kuat sudah dapat dipastikan akan membuat bangunan cepat ambruk
kendati dinding dan atapnya dibuat sekuat dan sebagus apapun.
Sering terjadi menimpa sebuah perusahaan,
misalnya yang asalnya memilikI kinerja yang baik, sehingga maju pesat, tetapi
ternyata ditengah jalanrontok. Padahal, perusahaan tersebut tinggal satu dua
langkah lagi menjelang sukses. Mengapa bisa demikian? ternyata faktor penyebabnya
adalah karena didalamnya merajalela ketidakjujuran, penipuan, intrik dan aneka
kezhaliman lainnya.
Tak jarang pula terjadi sebuah keluarga tampak
berhasil membina rumah tangga dan berkecukupan dalam hal materi. Sang suami
sukses meniti karir dikantornya, sang isteri pandai bergaul ditengah
masyarakat, sementara anak-anaknya pun berhasil menempuh jenjang studi hingga
ke perguruan tinggi, bahkan yang sudah bekerjapun beroleh posisi yang bagus.
Namun apa yang terjadi kemudian?
Suatu ketika hancurlah keutuhan rumah tangganya
itu karena beberapa factor yang mungkin mental mereka tidak sempat dipersiapkan
sejak sebelumnya untuk menghadapinya. Suami menjadi lupa diri karena harta,
gelar, pangkat dan kedudukannya, sehingga tergelincir mengabaikan kesetiaannya
kepada keluarga.
Isteripun menjadi lupa akan posisinya sendiri,
terjebak dalam prasangka, mudah iri
terhadap sesamanya dan bahkan menjadi pendorong suami dalam berbagai perilaku
licik dan curang. Anak-anakpun tidak lagi menemukan ketenangan karena sehari-hari
menonton keteladanan yang buruk dan menyantap harta yang tidak berkah.
Lalu apa yang harus kita lakukan untuk merintis
sesuatu secara baik?
Alangkah indah dan mengesankan kalau kita
meyakini satu hal, bahwa tiada kesuksesan yang sesungguhnya, kecuali kalau
Allah Azza wa Jalla menolong segala urusan kita. Dengan kata lain apabila kita
merindukan dapat meraih tangga kesuksesan, maka segala aspek yang berkaitan
dengan dimensi sukses itu sendiri harus disandarkan pada satu prinsip, yakni
sukses dengan dan karena pertolongan-Nya. Inilah yang dimaksud dengan fondasi
yang tidak bisa tidak harus diperkokoh sebelum kita membangun dan menegakkan
mernara gading kesuksesan.
Sunnatullah dan
Inayatullah
Terjadinya seseorang bisa
mencapai sukses atau terhindar dari sesuatu yang tidak diharapkannya, ternyata
amat bergantung pada dua hal yakni sunnatullah dan inayatullah. Sunatullah
artinya sunnah-sunnah Allah yang mewujud berupa hukum alam yang terjadinya
menghendaki proses sebab akibat, sehingga membuka peluang bagi perekayasaan
oleh perbuatan manusia. Seorang mahasiswa ingin menyelesaikan studinya tepat
waktu dan dengan predikat memuaskan. Keinginan itu bisa tercapai apabila ia
bertekad untuk bersungguh-sungguh dalam belajarnya, mempersiapkan fisik dan
pikirannya dengan sebaik-baiknya, lalu meningkatkan kuantitas dan kualitas
belajarnya sedemikian rupa, sehingga melebihi kadar dan cara belajar yang
dilakukan rekan-rekannya. Dalam konteks sunnatullah, sangat mungkin ia bisa
meraih apa yang dicita-citakannya itu.
Akan tetapi, ada bis yang terjatuh ke jurang dan
menewaskan seluruh penumpangnya, tetapi seorang bayi selamat tanpa sedikitpun
terluka. Seorang anak kecil yang terjatuh dari gedung lantai ketujuh ternyata
tidak apa-apa, padahal secara logika terjatuh dari lantai dua saja ia bisa
tewas.
Sebaliknya, mahasiswa yang telah
bersungguh-sungguh berikhtiar tadi, bisa saja gagal total hanya karena Allah
menakdirkan ia sakit parah menjelang masa ujian akhir studinya, misalnya.
Segala yang mustahil menurut akal manusia sama sekali tidak ada yang mustahil
bila inayatullah atau pertolongan Allah telah turun.
Demikian pula kalau kita berbisnis hanya
mengandalkan ikhtiar akal dan kemampuan saja, maka sangat mungkin akan beroleh
sukses karena toh telah menetapi prasyarat sunnatullah. Akan tetapi, bukankah
rencana manusia tidak mesti selalu sama dengan rencana Allah. Dan adakah
manusia yang mengetahui persis apa yang menjadi rencana Nya atas manusia? Boleh
saja kita berjuang habis-habisan karena dengan begitu orang kafirpun toh beroleh
kesuksesan.
Akan tetapi, kalau ternyata Dia menghendaki lain
lantas kita mau apa? Mau kecewa? kecewa sama sekali tidak mengubah apapun.
Lagipula, kecewa yang timbul dihati tiada lain karena kita amat menginginkan
rencana Allah itu selalu sama dengan rencana kita. Padahal Dialah penentu
segala kejadian karena hanya Dia yang Maha Mengetahui hikmah dibalik segala
kejadian.
Rekayasa Diri
Apa kuncinya? Kuncinya adalah kalau kita
menginginkan hidup sukses di dunia, maka janganlah hanya sibuk merekayasa diri
dan keadaan dalam rangka ikhtiar dhahir semata, tetapi juga rekayasalah diri
kita supaya menjadi orang yang layak ditolong oleh Allah. Ikhtiar dhahir akan
menghadapkan kita pada dua pilihan, yakni tercapainya apa yang kita dambakan -
karena factor sunnatullah tadi - namun juga tidak mustahil akan berujung pada
kegagalan
kalau Allah menghendaki lain.
Lain halnya kalau ikhtiar dhahir itu
diseiringkan dengan ikhtiar bathin.
Mengawalinya dengan dasar niat yang benar dan
ikhlas semata mata demi ibadah kepada Allah. Berikhtiar dengan cara yang benar,
kesungguhan yang tinggi, ilmu yang tepat sesuai yang diperlukan, jujur, lurus,
tidak suka menganiaya orang lain dan tidak mudah berputus asa.
Senantiasa menggantungkan harap hanya kepada Nya
semata, seraya menepis sama sekali dari berharap kepada makhluk. Memohon dengan
segenap hati kepada Nya agar bisa sekiranya apa-apa yang tengah diikhtiarkan
itu bisa membawa maslahat bagi dirinya mapun bagi orang lain, kiranya Dia
berkenan menolong memudahkan segala urusan kita. Dan tidak lupa menyerahkan
sepenuhnya segala hasil akhir kepada Dia Dzat Maha Penentu segala kejadian.
Bila Allah sudah menolong, maka siapa yang bisa
menghalangi pertolongan-Nya?
Walaupun bergabung jin dan manusia untuk
menghalangi pertolongan yang diturunkan Allah atas seorang hamba Nya
sekali-kali tidak akan pernah terhalang karena Dia memang berkewajiban menolong
hamba-hambaNya yang beriman.
"Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah
orang yang dapat mengalahkan kamu. Jika Allah membiarkan kamu (tidak memberikan
pertolongan) maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari
Allah sesudah itu?
Karena itu hendaklah kepada Allah saja
orang-orang mukmin bertawakal" (QS
Ali
Imran (3) : 160).
************
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar