Petunjuk Mudah...... !
Klik BERANDA (pada Daftar Halaman).
Anda akan masuk ke Daftar Isi semua posting Blog.
Selamat menikmati.
--------------------------------------------------------------
Prolog
------------------------------
Bismillahirrahmanirrahiim
Selamat Datang di Blog Kami, semoga Informasi yang anda cari tersedia dan silahkan dibaca, dicopy atau dibagi kepada siapapun yang membutuhkan.
Etika berkunjung, silahkan anda tinggalkan NAMA atau EMAIL sebagai niat baik & ijin.
insya Allah, ILMU yang ada disini akan membawa berkah & manfaat untuk kita semua. Amin.
Bagi yang berkenan silahkan kasih komentar dengan Sopan & Santun sebagai perwujudan ukhuwah islamiyah.
Bagi yang yang tidak berkenan, kami mohon maaf.
( Harap cantumkan nama Gus Is - 1hati17an.blogspot.com )
-----------------------------
Senin, 08 Juli 2013
Mesjid
Al Azhar, 22 Oktober 2001
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Seringkali kita dengar orang-orang yang membangun karir
bertahun-tahun akhirnya terpuruk oleh kelakuan keluarganya. Ada yang dimuliakan
di kantornya tapi dilumuri aib oleh anak-anaknya sendiri, ada yang cemerlang
karirnya di perusahaan tapi akhirnya pudar oleh perilaku istrinya dan anaknya.
Ada juga yang populer di kalangan masyarakat tetapi tidak populer di hadapan
keluarganya. Ada yang disegani dan dihormati di lingkungannya tapi oleh anak
istrinya sendiri malah dicaci, sehingga kita butuh sekali keseriusan untuk
menata strategi yang tepat, guna meraih kesuksesan yang benar-benar hakiki. Jangan sampai kesuksesan kita semu. Merasa sukses
padahal gagal, merasa mulia padahal hina, merasa terpuji padahal buruk, merasa
cerdas padahal bodoh, ini tertipu!
Penyebab
kegagalan seseorang diantaranya:
·
Karena dia tidak pernah
punya waktu yang memadai untuk mengoreksi dirinya. Sebagian orang terlalu sibuk dengan kantor, urusan luar
dari dirinya akibatnya dia kehilangan fondasi yang kokoh.
·
Karena orang tidak bersungguh-sungguh menjadikan keluarga sebagai basis
yang penting untuk kesuksesan. Sebagian orang hanya mengurus keluarga dengan
sisa waktu, sisa pikiran, sisa tenaga, sisa perhatian, sisa perasaan, akibatnya
seperti bom waktu. Walaupun uang banyak tetapi miskin hatinya. Walaupun
kedudukan tinggi tapi rendah keadaan keluarganya.
Oleh karena itulah, jikalau kita ingin sukses, mutlak
bagi kita untuk sangat serius membangun keluarga sebagai basis (base), Kita
harus jadikan keluarga kita menjadi basis ketentraman jiwa. Bapak pulang kantor
begitu lelahnya harus rindu rumahnya menjadi oase ketenangan. Anak pulang dari
sekolah harus merindukan suasana aman di rumah. Istri demikian juga. Jadikan
rumah kita menjadi oase ketenangan, ketentraman, kenyamanan sehingga bapak, ibu
dan anak sama-sama senang dan betah tinggal dirumah.
Agar rumah kita menjadi sumber ketenangan, maka perlu
diupayakan: # Jadikan rumah kita sebagai rumah yang selalu dekat dengan Allah
SWT, dimana di dalamnya penuh dengan aktivitas ibadah; sholat, tilawah qur'an
dan terus menerus digunakan untuk memuliakan agama Allah, dengan kekuatan iman,
ibadah dan amal sholeh yang baik, maka rumah tersebut dijamin akan menjadi
sumber ketenangan.
# Seisi rumah Bapak, Ibu dan anak harus punya
kesepakatan untuk mengelola perilakunya, sehingga bisa menahan diri agar
anggota keluarga lainnya merasa aman dan tidak terancam tinggal di dalam rumah
itu, harus ada kesepakatan diantara anggota keluarga bagaimana rumah itu tidak
sampai menjadi sebuah neraka.
# Rumah kita harus menjadi "Rumah Ilmu" Bapak,
Ibu dan anak setelah keluar rumah, lalu pulang membawa ilmu dan pengalaman dari
luar, masuk kerumah berdiskusi dalam forum keluarga; saling bertukar
pengalaman, saling memberi ilmu, saling melengkapi sehingga menjadi sinergi
ilmu. Ketika keluar lagi dari rumah terjadi peningkatankelimuan, wawasan dan
cara berpikir akibat masukan yang dikumpulkan dari luar oleh semua anggota
keluarga, di dalam rumah diolah, keluar rumah jadi makin lengkap.
# Rumah harus menjadi "Rumah pembersih diri"
karena tidak ada orang yang paling aman mengoreksi diri kita tanpa resiko
kecuali anggota keluarga kita. Kalau kita dikoreksi di luar resikonya
terpermalukan, aib tersebarkan tapi kalau dikoreksi oleh istri, anak dan suami
mereka masih bertalian darah, mereka akan menjadi pakaian satu sama lain.
Oleh karena itu,barangsiapa yang ingin terus menjadi
orang yang berkualitas, rumah harus kita sepakati menjadi rumah yang saling
membersihkan seluruh anggota keluarga. Keluar banyak kesalahan dan kekurangan,
masuk kerumah saling mengoreksi satu sama lain sehingga keluar dari rumah, kita
bisa mengetahui kekurangan kita tanpa harus terluka dan tercoreng karena
keluarga yang mengoreksinya.
# Rumah kita harus menjadi sentra kaderisasi sehingga
Bapak-Ibu mencari nafkah, ilmu, pengalaman wawasan untuk memberikan yang
terbaik kepada anak-anak kita sehingga kualitas anak atau orang lain yang
berada dirumah kita, baik anak kandung, anak pungut atau orang yang bantu-bantu
di rumah, siapa saja akan meningkatkan kualitasnya. Ketika kita mati, maka kita
telah melahirkan generasi yang lebih baik.
Tenaga, waktu dan pikiran kita pompa untuk melahirkan
generasi-generasi yang lebih bermutu, kelak lahirlah kader-kader pemimpin yang
lebih baik. Inilah sebuah rumah tangga yang tanggung jawabnya tidak hanya pada
rumah tangganya tapi pada generasi sesudahnya serta bagi lingkungannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar