TITIK Kemuliaan IBU Rumah Tangga 3
Sebuah puisi dari Chages, Challenges and Choices: Women inDevelompent in Papua New Guinea, mungkin menjadi daftar lanjutanlayaknya posisi ibu rumah tangga mendapat tempat terhormat dan mulia. Berikutbait-bait puisi yang dimaksud:
Istriku Yang Tidak Bekerja
Suatu ketika
Siapa yang mengerik sagu?
Siapa merawat ternak itu?
Menjadi tumbuh dan menjual makanannya
Hingga keluarga bertahan
Siapa menimba air di sumur?
Merawat dan menyayang anak-anak itu?
Merawat yang sakit?
Yang pekerjaannya menghabiskan waktu
Yang bagi lelaki untuk minum kopi,merokok, berpolitik dengan temannya?
Siapa hatinya tercurah bagi anak-anak?
Yang perjuangannya
Tak terlihat
Tak terdengar
Tak dihargai
Tak terbantu
Membantu pembangunan?
Siapa peduli untuk bilang
Benarkah Istriku tidak bekerja?
Keterhormatan profesi ibu rumah tangga tentu tidak berhenti dititik itu. Keterhormatan itu akan semakin lengkap manakala seorang ibu rumahtangga mampu mewujudkan tiga struktur rumah tangga, seperti yang diungkapkan Syeikh Muhammad Al-Ghazali, yaitu sakinah, mawaddah dan rahmah.
--SAKINAH adalah...
Menurut Al Ghazali, yang dimaksud sakinah adalah hendaknya seorangibu rumah tangga harus berpuas hati dengan pasangannya, demikian juga sebaliknya. Mereka harus menanamkan kesetiaan dalam kehidupannya. Seorang ibu rumah tangga sepatutnya tahu kesenangan suami. Menyediakan segala keperluanyang disukainya terlebih dahulu, sebelum meminta sesuatu darinya. Sementara mawaddah, berarti seorang ibu rumah tangga harus berupaya menumbuhkan rasa suka dan duka bersama keluarganya. Dan rahmah, berarti seorang ibu rumah tangga harus senantiasa mendasarkan setiap perilaku dan aktivitasnya di dalam rumahkepada akhlak yang mulia, serta tahu bersyukur atas nikmat yang diperoleh.
Namun demikian, menjadi ibu rumah tangga yang mendapat kehormatan dan kemuliaan memerlukan kelayakan yang cukup. Wanita yang berhati batu, tidak pandai menaati suami, sering menuntut hak dan mengada-adakan masalah, tetapi gagal menunaikan tanggung jawab, tidak layak mendapat tempat terhormat dan mulia itu. Apalagi ia tidak mampu mewujudkan kehormatan anak-anaknya yang bakal menyambung kehidupan rumah tangga dan mewujudkan peradaban mulia. Kini, dengan catatan daftar kehormatan ibu rumah tangga, masih adakah yang menyebut bahwa ibu rumah tangga sebagai profesi terhina ?
Wallahua'lam. ***
0 komentar:
Posting Komentar