KEUTAMAAN BULAN SYA'BAN (1,2,3)
Dinamakan Sya’ban, karena pada bulan itu terpancar bercabang-cabang kebaikanyang banyak (yatasya’abu minhu khairun katsir). Menurut pendapat lain, Sya’banberasal dari kata Syi’b, yaitu jalan di sebuah gunung atau jalan kebaikan.Dalam bulan ini terdapat banyak kejadian dan peristiwa yang patut memperolehperhatian dari kalangan kaum muslimin.
Pada bulan Sya’ban, Qiblat berpindah dari Baitul Maqdis, Palistina ke Ka’bah,Mekah al Mukarromah. Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam menanti-nantidatangnya peristiwa ini dengan harapan yang sangat tinggi. Setiap hari Beliautidak lupa menengadahkan wajahnya ke langit, menanti datangnya wahyu dariRabbnya. Sampai akhirnya Allah Subhanahu Wata’ala mengabulkan penantiannya.Wahyu Allah Subhanahu Wata’ala turun. “Sungguh Kami (sering) melihat mukamumenengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yangkamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamuberada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS. Al Baqarah; 144)
Salah satu keistimewaan bulan Sya’ban adalah diangkatnya amal-amal manusia padabulan ini ke langit. Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata:“Saya berkata: “Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dalam suatubulan dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu di bulan Sya’ban.” Maka beliaubersabda: “Itulah bulan yang manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan.Dan merupakan bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada rabbul‘alamin. Dan saya menyukai amal saya diangkat, sedangkan saya dalam keadaanberpuasa.” (HR. Nasa’i).
Rasulullah ditanya oleh seorang sahabat, “Adakah puasa yang paling utamasetelah Ramadlan?” Rasulullah Shollallahu alai wasallam menjawab, “Puasa bulanSya’ban karena berkat keagungan bulan Ramadhan.”Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhaberkata: “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sampai kamikatakan beliau tidak pernah berbuka. Dan beliau berbuka sampai kami katakanbeliau tidak pernah berpuasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullahmenyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan. Dan saya tidak pernahmelihat beliau berpuasa lebih banyak dari bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari, Muslimdan Abu Dawud).
Sepintas dari teks Hadits di atas, puasa bulan Sya’ban lebih utama dari padapuasa bulan Rajab dan bulan-bulan mulia (asyhurul hurum) lainnya. Padahal AbuHurairah telah menceritakan sabda dari Rasulullah Shollallu alaihi wasallam, “Puasayang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan-bulan mulia (asyhurulhurum).”
Sesungguhnya Rasulullah Shollallu alaihi wasallam mengkhususkan bulan Sya’bandengan puasa itu adalah untuk mengagungkan bulan Ramadhan. Menjalankan puasabulan Sya’ban itu tak ubahnya seperti menjalankan sholat sunat rawatib sebelumsholat maktubah. Jadi dengan demikian, puasa Sya’ban adalah sebagai mediaberlatih sebelum menjalankan puasa Ramadhan.
1. Menyambungkan puasa separuh kedua bulan Sya’ban dengan separuh pertama.
2. Sudah menjadi kebiasaan.
3. Puasa qodlo.
4. Menjalankan nadzar.
5. Tidak melemahkan semangat puasa bulan Ramadhan.
Salah satu keutamaan bulan Sya’ban adalah diturunkannya ayat tentang anjuranmembaca sholawat kepada Nabi Muhammad Shollallu alaihi wasallam pada bulan ini,yaitu ayat: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlahsalam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab;56)
Syeh Ibn Rajab al Hambali meriwayatkan dari Anas, “Kaum muslimin ketikamemasuki bulan Sya’ban, mereka menekuni pembacaan ayat-ayat Al Quran danmengeluarkan zakat untuk membantu orang-orang yang lemah dan miskin agar merekabisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Pada bulan Sya’ban terdapat malam yang mulia dan penuh berkah yaitu malamNishfu Sya’ban. Di malam ini Allah Subhanahu wata’ala mengampuni orang-orangyang meminta ampunan, mengasihi orang-orang yang minta belas kasihan, mengabulkandoa orang-orang yang berdoa, menghilangkan kesusahan orang-orang yang susah,memerdekakan orang-orang dari api neraka, dan mencatat bagian rizki dan amalmanusia.
Banyak Hadits yang menerangkan keistimewaan malam Nishfu Sya’ban ini, sekalipundi antaranya ada yang dlo’if (lemah), namun Al Hafidh Ibn Hibban telahmenyatakan kesahihan sebagian Hadits-Hadits tersebut, di antaranya adalah:“Nabi Muhammad Shollallhu alaihi wasallam bersabda, “Allah melihat kepada semuamakhluknya pada malam Nishfu Sya’ban dan Dia mengampuni mereka semua kecualiorang yang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Thabarani dan Ibnu Hibban).
1. Lailatul Mubarokah (malam yang penuh berkah).
2. Lailatul Qismah (malam pembagian rizki).
3. Lailatut Takfir (malam peleburan dosa).
4. Lailatul Ijabah (malam dikabulkannya doa)
5. Lailatul Hayah walailatu ‘Idil Malaikah (malam hari rayanya malaikat).
6. Lalilatus Syafa’ah (malam syafa’at)
7. Lailatul Baro’ah (malam pembebasan). Dan masih banyak nama-nama yang lain.
Al Hafidh Ibn Rojab al Hambali dalam kitab al Lathoif mengatakan, “Kebanyakanulama Hadits menilai bahwa Hadits-Hadits yang berbicara tentang malam NishfuSya’ban masuk kategori Hadits dlo’if (lemah), namun Ibn Hibban menilaisebagaian Hadits itu shohih, dan beliau memasukkannya dalam kitab shohihnya.”
Ibnu Hajar al Haitami dalam kitab Addurrul Mandlud mengatakan, “Para ulamaHadits, ulama Fiqh dan ulama-ulama lainnya, sebagaimana juga dikatakan olehImam Nawawi, bersepakat terhadap diperbolehkannya menggunakan Hadits dlo’ifuntuk keutamaan amal (fadlo’ilul amal), bukan untuk menentukan hukum, selamaHadits-Hadits itu tidak terlalu dlo’if (sangat lemah).”Jadi, meskiHadits-Hadits yang menerangkan keutamaan malam Nishfu Sya’ban disebut dlo’if(lemah), tapi tetap boleh kita jadikan dasar untuk menghidupkan amalam di malamNishfu Sya’ban.
Sedangkan pengertian bid’ah secara umum menurut syara’ adalah sesuatu yang bertentangan dengan Sunnah. Jika demikian secara umum bid’ah itu adalah sesuatuyang tercela (bid’ah sayyi’ah madzmumah). Namun ungkapan bid’ah itu terkadangdiartikan untuk menunjuk sesuatu yang baru dan terjadi setelah Rasulullah wafatyang terkandung pada persoalan yang umum yang secara syar’i dikategorikan baikdan terpuji (hasanah mamduhah).
Rasulullah telah memerintahkan untuk memperhatikan malam Nisyfi Sya’ban, danbobot berkahnya beramal sholeh pada malam itu diceritakan oleh Sayyidina AliRodliallahu anhu, Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam bersabda: “Jika tibamalam Nisyfi Sya’ban, maka bersholatlah di malam harinya dan berpuasalah disiang harinya karena sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala menurunkan rahmatnyapada malam itu ke langit dunia, yaitu mulai dari terbenamnya matahari. Lalu Diaberfirman, ‘Adakah orang yang meminta ampun, maka akan Aku ampuni? Adakah orangmeminta rizki, maka akan Aku beri rizki? Adakah orang yang tertimpa musibah,maka akan Aku selamatkan? Adakah begini atau begitu? Sampai terbitlah fajar.’”(HR. Ibnu Majah)
Malam Nishfu Sya’ban atau bahkan seluruh bulan Sya’ban sekalipun adalah saatyang tepat bagi seorang muslim untuk sesegera mungkin melakukan kebaikan. Malamitu adalah saat yang utama dan penuh berkah, maka selayaknya seorang muslimmemperbanyak aneka ragam amal kebaikan.
Selasa, 21 Agustus 2007 – oleh : admin http://www.langitan.net
0 komentar:
Posting Komentar