PENYUCIAN JIWA
Motivaqolbi
- Roads of Light
Penyucian adalah pemurnian diri. Terdapat 2 jenis kesucian, suci lahir yang didapat dengan jalan penyucian sesuai dengan perintah agama, seperti wudhlu dan mandi, serta suci batin yang didapat melalui kesadaran dan tobat terhadap semua kotoran dan dosa. Kesucian batin dapat terwujud manakala kita sungguh-sungguh bertobat. Sedangkan penyucian batin membutuhkan bimbingan kerohanian dari seorang guru.
Menurut hukum dan ajaran agama, seseorang menjadi kotor dan batal wudhlunya jika kotoran seperti air kencing, muntah, darah, dan lainnya keluar dari dalam tubuhnya, dan harus berwudhlu kembali. Bila yang keluar adalah sperma dan darah haid maka diwajibkan untuk mandi. Rasulullah SAW bersabda, “Tiap kali seseorang memperbarui wudhlunya, Allah akan memperbarui imannya sehingga cahaya imannya akan kembali cerah dan bertambah terang.” Dalam hadist lain Rasulullah SAW bersabda, “Wudhlu adalah cahaya di atas cahaya.”
Kesucian batin pun dapat juga hilang, bahkan mungkin lebih sering, yang disebabkan oleh akhlak yang tercela, perilaku yang tidak terpuji, serta perbuatan dan sikap yang berbahaya seperti sombong, angkuh, menggunjing, memfitnah, iri hati, dan amarah. Tindakan yang dilakukan indera dapat pula merusak jiwa, memakan makanan yang haram, bibir yang berdusta dan mengumpat, telinga yang mendengarkan gunjingan atau fitnah, tangan yang melukai, dan lainnya.
Ketika kesucian batin dirusak dan wudhlu rohani batal, maka wudhlunya harus diperbarui kembali melalui pertobatan yang sungguh-sungguh; sepenuhnya menyesali kesalahan disertai tangisan (air mata untuk membersihkan kotoran jiwa) serta kebulatan tekad untuk tidak akan pernah mengulangi kembali kesalahan tersebut. Harus memiliki niat yang kuat untuk meninggalkan semua kesalahan dan memohon ampunan kepada Allah SWT.
Shalat berarti bersimpuh di hadapan Tuhan. Berwudhlu, yang berarti berada dalam keadaan suci, merupakan syarat shalat. Seorang alim mengetahui, bahwa kesucian lahir tidaklah memadai, karena Allah SWT melihat jauh ke dalam lubuk hati seseorang. Oleh karena itu, kita harus selalu menyucikan hati dengan tobat, dan hanya dengan cara ini shalat akan dapat diterima.
Kesucian tubuh setelah wudhlu atau mandi besar dibatasi oleh waktu, karena tidur dapat membatalkan wudhlu. Setiap saat selama hidup di dunia ini, kita harus menjaga kebersihan jasmani siang maupun malam. Kesucian batin dan penyucian diri yang tidak berindera tidak dibatasi oleh waktu. Bahkan, kesucian rohani bersifat kekal, tidak hanya di dunia fana ini, tetapi juga untuk kehidupan di akhirat kelak.
(Sirr Al Asrar – Syekh Abdul Qodir al-Jailani)
0 komentar:
Posting Komentar