Petunjuk Mudah...... !
Klik BERANDA (pada Daftar Halaman).
Anda akan masuk ke Daftar Isi semua posting Blog.
Selamat menikmati.
--------------------------------------------------------------
Prolog
------------------------------
Bismillahirrahmanirrahiim
Selamat Datang di Blog Kami, semoga Informasi yang anda cari tersedia dan silahkan dibaca, dicopy atau dibagi kepada siapapun yang membutuhkan.
Etika berkunjung, silahkan anda tinggalkan NAMA atau EMAIL sebagai niat baik & ijin.
insya Allah, ILMU yang ada disini akan membawa berkah & manfaat untuk kita semua. Amin.
Bagi yang berkenan silahkan kasih komentar dengan Sopan & Santun sebagai perwujudan ukhuwah islamiyah.
Bagi yang yang tidak berkenan, kami mohon maaf.
( Harap cantumkan nama Gus Is - 1hati17an.blogspot.com )
-----------------------------
Jumat, 28 Juni 2013
Abdullah bin Sa'ad (anaknya) melaporkan, "Aku
pergi menemuinya. Ia baik sekali kepadaku dan mendoakanku. Waktu kecil aku
sering kali penasaran, jadi aku bertanya kepada ayahku, Doa ayah untuk orang
lain selalu diijabah, tapi mengapa ayah tidak mendoakan supaya disembuhkan dari
kebutaan? Sahabat Nabi itu barkata, "Kepasrahan kepada kehendak Tuhan
lebih baik daripada kesenangan pribadi karena bisa melihat lagi."
Kisah itu ditemukan dalam buku tulisan ahli sejarah Ernest Kurtz dan
penulis Katherine Ketcham, The Spirituality of Imperfection. Di balik
ketidaksempurnaan, dibalik sakit dan musibah yang berkepanjangan selalu ada
spiritualitas. Orang Inggris punya peribahasa every cloud has a silver lining.
Semua awan kelabu selalu ada garis-garis peraknya. Semua kegelapan ada titik
cahayanya. Di Semua kekurangan selalu ada cahaya rohaniahnya. Sa'ad memilih
untuk tidak berdoa buat kesembuhan matanya. Ia menemukan dalam kebutaan itu
nikmat kepasrahan kepada Allah. Pasrah total. Ia tahu bahwa di balik semua
peristiwa ada rencana Illahi yang tidak diketahuinya, yakin bahwa kehendak
Illahi pasti lebih baik dari kehendaknya. Boleh jadi ia juga sudah mencoba
berdoa agar matanya sembuh kembali. Tuhan tidak memenuhi doanya. Mungkin
mula-mula ia meradang, ingin memaksakan kehendaknya. Tapi dalam kesunyian dan
perenungan, ia menemukan keindahan kepasrahan. "Sesungguhnya kepatuhan
sejati di sisi Allah adalah kepasrahan." (Ali Imran: 19).
Ingin saya mengingatkan kamu
pada masa kecilmu. Bukankah pernah kamu tidak henti-hentinya meradang, menangis
dan marah kepada ibumu karena dilarang bermain dan dipaksa belajar. Kehendakmu
bertentangan dengan kehendak ibumu. Sekarang setelah dewasa kita masih anak
kecil dihadapan Tuhan. Kita masih kecewa dan marah kepada Yang Maha Kasih
karena ia tidak memenuhi kehendak kita. Seperti dahulu ketika kita meragukan
apakah ibu betul sayang kepada kita? Sekarang kita juga meragukan apakah Tuhan
betul Maha Kasih dan Maha Sayang? Semuanya karena kehendak kita bertentangan
dengan kehendak Tuhan.
Tetapi kadang-kadang anak kecil
lebih bijak dari kita. Pisahkan seorang bayi dari ibunya. Ia pasti menangis,
makin lama makin keras. Tangisannya adalah panggilan agar ibunya datang. Jika
tangisannya tidak berjawab, tangisnya akan berhenti. Ia menderita kesedihan.
Jika ibunya tidak muncul juga, ia mulai menerima. Ia pasrah. Ia bukan saja
berhenti menangis, ia juga berhenti bersedih. Ia akan mengalihkan perhatiannya
kepada siapa saja yang bisa menjadi pengganti ibunya. Dan kebahagiannya pulih
kembali. Kearifan anak-anak itulah yang dihayati oleh Sa'ad.
Ada makna rohaniah di balik
dunia yang tampak tidak sempurna seperti yang kita inginkan. Ada spiritualitas
dibalik ketidaksempurnaan. Ada kehendak Tuhan yang lebih indah di atas kehendak
kita. Pasrahkan dirimu kepada keluasan Kasih-Nya. Katakanlah, "Tidak akan
menimpa kita musibah kecuali yang sudah Allah tentukan bagi kita. Dialah
Pelindung kita dan kepada Allah jua orang-orang beriman pasrah sepenuhnya."
(At-Taubah:
51)
Sumber: KH. Jalaluddin Rakhma
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar